BPPT: Bantaeng Contoh Sukses Pembangunan Technopark

By Admin

Foto/dok. BPPT    

nusakini.com - Inovasi teknologi untuk kemandirian Indonesia. Tak sekedar jargon, bagi Kepala BPPT Unggul Priyanto, pihaknya terus berupaya meningkatkan pembangunan nasional dengan menerapkan teknologi yang nyata dibutuhkan di negeri ini.

Salah satu bukti adalah pembangunan di Kabupaten Bantaeng. Dengan mimpi menjadi Kabupaten penghasil benih berbasis teknologi, BPPT terus mendorong Kabupaten yang digawangi oleh Prof. Nurdin Abdullah ini, menjelma menjadi salah satu kawasan Technopark yang mampu meningkatkan produktivitas pertaniannya. 

"Dengan teknologi BPPT, Bantaeng mampu meningkatkan produktivitas padi, jagung, talas safira, dan buah naga. Bahkan untuk jagung dan talas safira, sudah di ekspor ke Negara Jepang," ungkap Kepala BPPT dalam rangkaian Kunjungan Kerja Menristekdikti RI dan Kepala BPPT ke Technopark Bantaeng, Sulawesi Selatan, (5/8/2017).

Dikatakan Unggul, inovasi lain yang diterapkan BPPT di Bantaeng adalah dengan membangun pabrik pupuk lepas lambat atau slow release fertilizer.

"Dengan menggunakan pupuk SRF, pemberian pupuk hanya satu kali selama masa tanam. Satu kali pemupukan, hingga panen. Inovasi pupuk ini mampu meningkatkan produktivitas hasil panen dan efisiensi pemakaian pupuk," kata Unggul.

Menristekdikti: Bantaeng contoh sukses Technopark 

Masih dari Bantaeng, Menteri Riset Teknologi dan Dikti, M. Nasir dalam sambutannya menguraikan tugas pemerintah, dalan hal ini Kementerian Ristekdikti, adalah membangun 100 kawasan technopark di Indonesia. Seperti dituturkan Kepala BPPT, Menteri Nasir juga mengakui bahwa Bantaeng adalah salah satu daerah yang mampu mengejawantahkan konsep Technopark. 

"Technopark adalah bagaimana mengembangkan potensi lokal dengan didukung inovasi teknologi. Hal ini agar potensi lokal menjadi produk unggulan dan meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia. Intinya ada nilai tambah atau adding value," papar Menteri Nasir.

Untuk mewujudkan nilai tambah potensi lokal ini kata Menteri Nasir, tentu dibutuhkan sinergi antar pihak. Dengan sinergi, maka akan terjadi pertukaran pandangan yang nantinya akan menentukan keberhasilan dari pembangunan technopark di sebuah daerah. 

"Istilahnya triple helix, artinya ada sinergi dari tiga pelaku pembangunan. Yakni saling mendukung dan komitmen antar akademisi, industri dan pemerintah daerah," jelasnya.

Lebih lanjut Menteri meminta agar keberhasilan technopark dapat terus berlanjut, walau terjadi pergantian pemimpin daerah. Untuk itu katanya butuh adanya regulasi atau dalam hal ini Peraturan Daerah atau Perda. 

"Hal utama dari technopark adalah sustainability atau keberlanjutannya. Tentu dibutuhkan adanya regulasi yang mewajibkan agar kedepan Bantaeng walau siapapun Bupati-nya, terus melanjutkan Technopark ini," kata Menteri.

Menutup arahannya, Menteri Nasir menyebut Kabupaten Bantaeng dapat menjadi contoh sukses bagi kawasan Technopark lainnya. Terkait rangkaian Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang jatuh 11 Agustus ini, Menteri Nasir berpesan agar Bantaeng terus mengembangkan inovasi agar pembangunan daerah semakin maju.

"Terus pertahankan dan lakukan lebih baik lagi. Gelorakan Inovasi untuk Indonesia yang lebih maju," tutup Menteri Nasir. (p/ma)