Faktor Kesuksesan E-learning Perhutanan Sosial: Pembelajaran Berharga di Masa Pandemi

By Admin


Oleh: Swary Utami Dewi

nusakini.com - Di balik krisis, selalu ada peluang. Demikian pepatah bijak berkata. Saat seluruh dunia menghadapi pandemi corona, ada rasa takut, cemas, gelisah dan berbagai perasaaan tak menentu lainnya. Salah satu program strategis pemerintah yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Perhutanan Sosial, juga menghadapi "kegelisahan" akibat pandemi ini. Lantas, timbul pertanyaan bagaimana dampak pandemi tersebut terhadap program Perhutanan Sosial dan para petani hutan beserta pendamping? Akankah semangat mereka kendur? Adakah yang mungkin dilakukan KLHK dalam situasi begini mengingat ada pembatasan fisik untuk bertemu dengan petani dan pendamping? Jawabannya ditemukan saat KLHK berani melalukan terobosan dengan menggelar e-learning Pendamping Perhutanan Sosial.

Sepeti yang sudah banyak diulas, e-learning yang sudah melewati tahap pertama ini telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Antara tanggal 27 April sampai 15 Mei 2020, sekitar 1.500 perwakilan petani hutan yang sudah mendapatkan akses legal Perhutanan Sosial, beserta pendamping, mengikuti e-learning gratis tersebut dengan penuh antusias. 

Metode e-learning ini sendiri memang dirancang untuk menghadirkan pelatihan yang mudah, murah, efektif dan efisien, namun tetap bermutu, serta dapat menjangkau masyarakat sampai ke pelosok (misalnya Maluku dan Maluku Utara). Cara belajar jarak jauh ini juga berhasil menghadirkan sesuatu yang baru bagi petani dan sebagian pendamping dan tutor. Ternyata hanya dengan menggunakan perangkat smartphone ataupun laptop dan keberadaan koneksi internet, mereka dapat mengikuti pelatihan dan mendapatkan pengetahuan dari narasumber yang kompeten, tanpa harus beranjak dari tempat tinggalnya. Sesekali memang muncul masalah sinyal, tapi secara umum bisa diatasi. Pendeknya, pelatihan berdurasi empat hari tersebut berhasil menjawab tantangan keterbatasan fisik saat kecanggihan teknologi dunia maya digunakan secara terpadu melalui laptop ataupun smartphone. Semua menjadi terhubung, baik peserta, tutor, admin, maupun pelaksana kegiatan e-learning ini.

Pesertapun terkesan, merasa puas dan menyampaikan apresiasi terhadap e-leaning ini. Febriansya, seorang petani muda dari Kelompok Tani Hutan Desa Kelubi, Manggar, Kepulauan Bangka Belitung, menyatakan ia dan teman-temannya semula merasa was-was apakah bisa bergabung di pelatihan karena terbatasnya fasilitas serta koneksi internet yang kurang mendukung. Namun semua bisa teratasi. Febriansa dan rekan-rekan bisa bergabung dan mengikuti pelatihan dengan baik. Pemuda 27 tahun ini memberikan apresiasi terhadap e-learning ini yang dikemas untuk meningkatkan ketrampilan petani. Ia juga merasa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pasar produk Perhutanan Sosial (The Jakarta Post.com, 27 Mei 2020).

Senada dengan Febriansya, beberapa peserta lainnya juga menyatakan hal yang sama. "Saya senang sekali. Di sini, saya mendapat pelatihan pemetaan. Jadi saya mulai tahu cara menggunakan Global Positioning System (GPS). Dan ini memang saya perlukan di kelompok, " tutur Andi Samsualang, seorang petani dari Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Petani lainnya, Manawi dari Kelompok Tani Hutan Tandung Billa, Palopo, Sulawesi Selatan, mengatakan bahwa pelatihan ini menjadi nilai tambah bagi diri dan kelompoknya. "Sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan," tegasnya tertawa lebar. "Saya jadi makin tahu banyak hal. Pokoknya semangat 45" imbuhnya penuh percaya diri. Pendeknya, banyak peserta yang mengapresiasi terobosan e-learning ini.

Belajar dari kesuksesan e-learning Perhutanan Sosial ini, adakah hal-hal penting yang bisa dipelajari? Utamanya, faktor-faktor apa yang mendukung kelancaran pelatihan ini? Terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada beberapa pembelajaran penting dari e-learning ini. 

Pertama, adanya ide yang unik namun dikemas matang. E-learning ini memenuhi kriteria tersebut. Unik karena yang diselenggarakan adalah e-learning berdurasi empat hari bagi para petani hutan dan pendamping. Bahkan ada di antara mereka yang berdomisili jauh di pelosok. Dikemas matang karena pelatihan ini bukan sesuatu yang asal jadi. Ada serangkaian modul, bahan ajar, sistem teknologi, tutor dan tim penunjang lainnya. Ada proses persiapan, pelaksanaan dan evaluasi yang dijalankan.

Kedua, materi yang disajikan membumi. Materi ini sesuai dengan kebutuhan para pendamping dan petani hutan saat melakukan kegiatan paska mengantongi akses legal Perhutanan Sosial. Beberapa mata pelajaran yang terbilang berat, yakni Pengelolaan Pengetahuan dan Monitoring Evaluasi, dikemas secara cerdas dan sederhana sehingga bisa aplikatif saat diterapkan di lapangan.

Hal ketiga yang menjadi faktor keberhasilan adalah pendekatan. Pendekatan yang dilakukan tutor, admin dan penyelenggara mengedepankan empati dan humanis. Hubungan tutor dan peserta dibangun sehangat dan secair mungkin sehingga kecanggungan dan kekhawatiran peserta bisa diminimalisir. Semua bersikap suportif terhadap para peserta untuk tetap menjaga semangat belajar mereka.

Faktor ke-empat adalah adanya tim yang solid yang mampu bekerja padu dan saling dukung, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai evaluasi. Tim ini mencakup penyelenggara (penanggung jawab, admin dan sub-admin, serta staf) maupun tutor. Dalam e-leaning ini, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta Direktorat Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan telah menunjukkan kemampuan kerjasama lintas eselon yang baik.

Ringkasnya, melalui e-learning Perhutanan Sosial ini, saya belajar sekaligus menyaksikan banyak hal. Saya belajar daya juang petani dan pendamping yang tidak putus asa untuk belajar meski pandemi tengah melanda. Saya menyaksikan kerja ikhlas tim pendukung yang bekerja tanpa lelah dan melayani dengan hati. Saya melihat kecerdasan dan kelihaian para tutor mengolah materi menjadi layak santap bagi petani hutan dan pendampingnya. Dan saya juga menyaksikan kolaborasi yang baik demi suksesnya e-learning ini.

Melalui e-learning ini, terbukti kita bisa sukses jika kita mau bekerja cerdas, ikhlas dan berempati. Tidak ada kata menyerah. Himpitan pandemi ternyata malah menghasilkan terobosan baru yang siap menjadi "the new normal", terobosan yang mampu meningkatkan kapasitas petani hutan dan pendamping, sembari mampu menjaga semangat petani di tengah gejolak badai pandemi. Tidak tertutup kemungkinan, e-learning juga akan diikuti oleh e-learning e-learning lainnya, tidak hanya di lingkup KLHK sendiri, bahkan mungkin juga bisa diadopsi oleh Kementerian dan Lembaga lainnya. Semoga.