Jurnalis China yang Dipenjara akibat Laporan COVID-19 sedang Butuh Perawatan Medis Menurut Keluarganya

By Nad

nusakini.com - Internasional - Zhang Zhan, seorang jurnalis warga yang dipenjara karena melaporkan wabah pertama COVID-19 di Wuhan pada tahun 2020, sedang membutuhkan perawatan medis, menurut organisasi Human Rights Watch (HRW).

Kelompok penegak HAM yang berasal dari Amerika Serikat ini meminta pihak otoritas di Beijin untuk melepaskan Zhang, seorang mantan pengacara, yang ditahan pada bulan Mei 2020 dan dijatuhkan hukuman empat tahun penjara karena "membuat kegaduhan dan melakukan provokasi", sebuah tuntutan yang sering digunakan oleh pemerintahan China terhadap aktivis HAM.

Wanita berusia 38 tahun ini beberapa kali melakukan mogok makan setelah ditahan, dan sempat dirawat di rumah sakit namun ia segera dikembalikan ke penjara walaupun kesehatannya kian memburuk.

Ibu Zhang, yang sempat mengunjunginya pada bulan Oktober, menyatakan anaknya bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya karena sangat lemas. Ia memiliki tinggi 178cm, namun bertanya hanya sekitar 40kg, dan sangat membutuhkan perawatan medis.

"Pemerintahan China perlu bertanggung jawab karena membiarkan seorang kritikus yang damai jatuh sakit dan dipenjara dengan tidak adil," ucap Yaqiu Wang, seorang peneliti senior China di HRW. "Pemerintah harus melepaskan Zhang Zhan untuk mencegah terjadinya situasi yang tragis."

Pada bulan-bulan pertama era pandemi, Zhang melakukan perjalanan dari Shanghai ke Wuhan untuk melaporkan penyebaran virus dan upaya mencegahnya, tepat ketika pihak berwenang mulai mengekang media milik pemerintah dan swasta China.

Selama lebih dari tiga bulan, ia mendokumentasi kehidupan di bawah lockdown di Wuhan dan kenyataan pahit yang dihadapi warganya, seperti rumah sakit yang tidak bisa menampung pasien dan toko-toko yang kosong. Ia mengunggah observasinya, berbentu foto dan video di Wechat, Twitter, dan YouTube, walaupun dua media sosial terakhir dilarang penggunaannya di China.

Unggahannya tiba-tiba terhenti pada pertengahan bulan Mei, dan dikabarkan ia telah ditahan oleh polisi dan dibawa kembali ke Shanghai.

Saat melakukan mogok makan, organisasi Amnesty International menyatakan ia dikekang dan dipaksa makan, sebuah perlakuan yang dianggap sebagai penyiksaan oleh organisasi tersebut.

Dalam pernyataan panjang yang dikeluarkan pada Juli 2020, Kementerian Luar Negeri membantah pemerintah China telah menindak jurnalis yang "menggunakan hak mereka atas kebebasan berbicara di Internet" selama pandemi.

Zhang merupakan salah satu dari sejumlah reporter independen yang ditahan atau menghilang sejak pandemi, karena pihak otoritas China menahan pemberitaan mengenai virus dan media-media propaganda dengan segera menggambarkan respon Beijing sebagai efektif dan tepat waktu.

China adalah penjara jurnalis terbesar di dunia, menurut Reporters Without Borders (RSF), dan secara ketat mengontrol pers di dalam negeri sambil memblokir sebagian besar media asing melalui Great Firewall, sensor online dan aparat pengawasannya yang luas.