Kedewasaan Demokrasi Dilatarbelakangi Kebebasan
By Admin
nusakini.com-Tegal – Momentum-momentum besar Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran ulama. Sejak masa penjajahan, ulama gencar menggelorakan semangat rakyat untuk berjuang mewujudkan kemerdekaan bangsa.
“Kita harus bersyukur betul bahwa ternyata munculnya negara Indonesia itu juga digelorakan para kiai. Ketika muncul penjajah-penjajah, presiden pertama kita Bung Karno meminta fatwa kepada ulama tentang kondisi Indonesia saat itu, kemudian munculah fatwa-fatwa ulama yang menyejukkan,” terang Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Silaturahmi dan Halaqah 500 Ulama dan Tokoh Kabupaten Brebes dan Peresmian Asrama Pondok Pesantren Putra-Putri Al Hasaniyyah Kedawon, Minggu (25/11).
Gus Yasin, sapaan akrabnya, menjelaskan saat ini peran ulama dalam mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter generasi muda yang berbudi pekerti. Anak bangsa yang berbudi pekerti akan menghormati jasa para pahlawan, orang tua, guru, dan masyarakat yang ada di sekelilingnya. Mereka juga akan menjunjung keutuhan NKRI, sehingga tidak mudah dipecah belah oleh berita bohong (hoaks).
“Negara kita tidak dapat dilepaskan dari peran ulama untuk membentuk karakter, karena madrasah tertua di Indonesia adalah madrasah pondok pesantren,” jelasnya.
Gus Yasin menambahkan, menjelang perhelatan pesta demokrasi pada tahun mendatang, pihaknya meminta ulama turut menjaga kondusifitas wilayah.
“Saya meminta peran ulama ditingkatkan lagi dalam menjaga kondusivitas wilayah. Orang bisa menyusupkan satu atau dua kalimat untuk memecah negara. Dengan munculnya pemberitaan hoaks, maka kita sebagai WNI memiliki kewajiban yang sama, yaitu bagaimana menjaga lingkungan kita dari ancaman tersebut,” lanjut Wagub.
Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu tidak ingin perbedaan pilihan politik, berujung pada perpecahan warga. Gus Yasin berharap, warga Jawa Tengah dapat menunjukkan kedewasaan berpolitik dan senantiasa menjunjung kerukunan hidup.
“Demokrasi yang dewasa adalah demokrasi yang dilatarbelakangi dengan kebebasan, bebas menentukan pilihan, tidak ada intimidasi, tekanan, ataupun paksaan untuk memilih seseorang. Pemilu hanya lima tahunan, sementara kerukunan warga dibangun puluhan tahun, bahkan sampai kita meninggal,” tegasnya.
Gus Yasin menyatakan pihaknya mendukung pertemuan ulama dapat diselenggarakan rutin untuk memperkuat keutuhan bangsa.
“Kalau bisa sesering mungkin kita ada halaqah, sehingga halaqah ulama menjadi benteng kebersamaan. Apalagi banyak momen pada tahun 2019 di mana situasi politik bisa dimanfaatkan baik dari dalam maupun luar,” pungkasnya.(p/ab)