Kementan Jamin Ketersediaan dan Pengendalian Disparitas Pangan untuk Kesejahteraan Petani.

By Admin


nusakini.com - Disparitas harga pangan dalam negeri dan international adalah hal yang sangat penting untuk selalu dicermati serta ditekan serendah mungkin untuk kontinuitas produksi pangan dan kesejahteràan petani.

Terkait upaya menekan disparitas harga pangan tersebut, dua kebijakan yang secara komprehensif telah diimplementasikan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak awal 2015 adalah meningkatkan persediàan dan pengendalian harga. 

Hal ini disampaikan Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Herdriadi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (11/5/2016)

Menurut Agung, untuk kedua hal tersebut, Kementan sangat memahami bahwa jaminan kecukupan produksi dan perbaikan distribusi akan sangat efektif untuk menekan disparitas harga. 

“Secara nasional, total prediksi produksi harus melebihi prediksi konsumsi. Untuk beras, dalam 3 bulan ke depan, Mei, Juni dan Juli 2016, Kementàn memprediksi atas dasar luas tanam saat ini akan memproduksi 19,5 juta ton beras, sementara jika konsumsi nasional pérbulan 2,6 juta ton, maka jelas akàn ada surplus pasokan beras pada perioda tersebut”, ujar Agung. 

Agung menjelaskan, kàrena fàktor geografis Indonesia, minimnya infrasruktur pasca penen, serta sistem distribusi yang kurang memadai telàh menggiring pàda fakta bahwa tidak ada jaminan bahwa produksi tinggi akan menjamin suplài tinggi pada perida yang sama. “Hal inillah yang menjàdi pengungkit melebarnya disparitas harga baik dalam maupun internasional”, terangnya. 

Disàmping itu, Agung menambahkan, unsur kesengajaan untuk menyimpan atau menimbun dan tidak mengedarkan produk untuk sementara wàktu juga mènjadi salah satu penyebab kuat melebarnya disparitas harga dalam dan internasional. 

“Selanjutnya jika ini terjadi, peluang impor akan terbuka sangat lebar. Kondisi inilah yang selama ini terjadi untuk komoditas pangan strategis kita, khususnya beras, jagung, bawang dan cabe”, katanya. 

Mencermati hal tersebut, kata Agung, kebijakan Kementan pun mulai merambah ke hilir. Kementan bersama Bulog berupaya mendekatkan produsen ke konsumen melalui Toko Tani Indonesia dan Rumah Pangan Kita. Melalui program hilir ini, rantai pasok dipangkas dari 9 level menjadi 3 level dan harg terkendali baik di tingkat produsen maupun konsumen. Disparitas dalam dan internasional akan terjaga. 

“Impor bukannya tidak diperlukan, tetapi impor sesuai kebutuhan dan mengutamakan produk anak bangsa untuk kesinambungan pembangunan akan lebih bijaksana”, pungkasnya. (if/mk)