Masjid Menjadi Pusat Peradaban dan Pemberdayaan Umat Islam

By Admin


nusakini.com - Jakarta,  Masjid memiliki peranan penting dalam peradaban Islam. Selain digunakan menjadi tempat ibadah dan kegiatan keagamaan, masjid juga dimanfaatkan sebagai sarana pemberdayaan umat, seperti aktivitas sosial, ekonomi bahkan politik.

“Bagi umat Islam, masjid tidak terbatas sebagai tempat ibadah atau ritual keagamaan lainnya, akan tetapi juga menjadi simbol dan identitas umat Islam yang turut mewarnai dimensi sosial, ekonomi bahkan politik,” ungkap Wapres saat menghadiri acara Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-65 Universitas Ibnu Chaldun Jakarta dan membuka Seminar Internasional dengan tema "Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid" melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2021).

Pada kesempatan tersebut, Wapres mengutip sebuah artikel yang berjudul “The Masjid, Yesterday and Today”, karya Zakaryya Mohamed Abdel-Hady yang menguraikan bahwa dalam sejarah panjang Masjid senantiasa berada di jantung komunitas, berperan dalam aktivitas keseharian dan aktivitas untuk membangun pemikiran dan budaya masyarakat. 

“Masjid berfungsi tidak saja sebagai institusi spiritual tetapi jauh lebih daripada itu. Masjid juga merupakan institusi pendidikan, sosial, pemerintahan, dan bahkan administrasi. Dengan peran yang sentral tersebut, peradaban umat Islam dibangun dari masjid dan pada akhirnya kemajuan peradaban berkembang mewarnai kehidupan masyarakat,” lanjut Wapres.

Wapres juga menjelaskan kedudukan, fungsi dan peran masjid membentang jauh dari zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai peradaban modern. Dalam masa keemasan Islam, masjid juga turut berperan penting. Demikian pula dalam konteks perniagaan, masjid juga berperan sentral. 

“Masjid menjadi saksi persinggungan berbagai kebudayaan, saksi pergantian pemerintahan dan menjadi saksi perubahan zaman,”ucap Wapres.

Lebih lanjut Wapres mengungkapkan Rasulullah SAW telah berhasil menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan spritual, pemikiran, aktivitas kemasyarakatan yang selanjutnya membentuk budaya dan peradaban yaitu melalui masjid Nabawi. 

“Rasulullah SAW berhasil mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang terbaik (Khaira Ummah). Beliau juga berhasil mengubah kampung kecil bernama Yatsrib yang tidak dikenal dan tidak masuk dalam peta menjadi Madinatul Munawaroh yaitu pusat peradaban yang gemanya sampai keseluruh dunia, termasuk sampai ke negara kita,” jelas Wapres.

Selain itu, Wapres menyampaikan banyak literatur yang membahas mengenai peran Masjid dalam peradaban, salah satunya Masjid Sheikh Lutfillah di Isfahan Iran, yang dibangun selama 16 tahun dari 1603 hingga 1619. Menurutnya, masjid merupakan sebuah contoh representasi dari peradaban Islam di Persia yang oleh beberapa kalangan dinilai sebanding dengan karya bangsa Yunani dan Romawi.

“Selain mahakarya arsitekturnya, masjid ini menjalankan berbagai peran sebagai tempat pemerintahan, tempat pendidikan, tempat peristirahatan bahkan rumah sakit,” tambah Wapres.

Wapres yang merupakan Kiai dan lulusan pondok pesantren mengungkapkan bahwa pondok pesantren di Indonesia dibangun bermula dari keberadaan sebuah masjid yang digunakan oleh Kiai mengajar, kemudian karena bertambahnya masyarakat yang ingin belajar dan datang dari tempat yang jauh, maka secara bertahap dibangunlah pondok-pondok tempat mereka menginap. Pada akhirnya, lanjut Wapres berdirilah sebuah pesantren tempat mencetak para ulama dan menjadi pusat pengembangan Islam.

“Di Indonesia banyak pondok pesantren yang bermula dari berdirinya sebuah masjid sebagai tempat para kyai mengajar,” terang Wapres.    

Selain mengucapkan selamat, Wapres juga menghimbau kepada seluruh warga akademik Universitas Ibnu Chaldun Jakarta untuk memaknai perayaan hari ulang tahun sebagai upaya refleksi terhadap apa yang sudah dicapai, apa yang belum tercapai, serta apa yang ingin dituju oleh Universitas Ibnu Chaldun.

“Saya mengharapkan agar Universitas ini dapat terus tumbuh menjadi Perguruan Tinggi yang besar, berkualitas, mandiri, dan memiliki integritas,” harap Wapres.

Menutup sambutannya, Wapres berpesan agar dalam menjalankan misinya sebagai lembaga pendidikan, Universitas Ibnu Chaldun Jakarta senantiasa menanamkan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan pembelajarannya sehingga kampus ini dapat menghasilkan lulusan yang berintegritas serta menempatkan kepentingan masyarakat sebagai yang utama tanpa memandang suku, agama maupun golongan.

“Saya ucapkan terima kasih dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim saya membuka Seminar Internasional yang bertema "Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid", “tutup Wapres.

Sebelumnya, Ketua Umum Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun (YPPIC) Edy Haryanto mengapresiasi penyelenggaraan seminar yang bertujuan untuk mengingatkan pemanfaatan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai pusat peribadatan dan sekaligus pusat peradaban. Menurutnya berbagai kegiatan dapat dilaksanakan di masjid seperti perenokomian, sosial, bahkan juga politik.

“Kita juga bisa melaksanakan kegiatan politik akan tetapi tentu kita juga harus membatasi hal-hal yang dilarang untuk dlakukan misalnya kegiatan politik yang berujung pada perselisihan atau perbedaan pendapat tetapi selama kegiatan yang berlangsung utk kemaslahatan umat tentu semua juga akan bisa melaksanakan semua dengan baik dan Allah tentu akan meridhoi apa yang kita niatkan,” tegas Ketua Umum YPPIC

Sementara Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke -12 selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla menyampaikan bahwa masjid selain sebagai tempat peribadatan masjid juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk bersosialisasi untuk kehidupan yang baik. Menurutnya, masjid harus mendinamiskan, memajukan, dan mendorong masyarakat dalam hal-hal kebaikan.

“Dalam seminar ini mengangkat hal yang positif untuk kita semua, apalagi memajukan peradaban kemajuan dengan suatu memakmurkan masjid sekaligus tetapi masjid juga memakmurkan jamaah,” ungkapnya.

Hadir pula dalam acara tersebut, Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi, Pimpinan Yayasan Nusantara di Amerika Serikat, Dr. Syamsi Ali, Cendikiawan dari Arab Saudi, Dr. Mas'oud Fahad al Mubarok, Ketua BKSAP DPR RI, Fadli Zon, Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar, Wakil Rektor, Baharuddin, para guru besar serta seluruh jajaran civitas akademika Universitas Ibnu Chaldun. (NAR-BPMI)