Memanfaatkan fasilitas pelatihan e-learning untuk evaluasi proses pembelajaran: Refleksi Pelatihan Pendampingan Hutan Sosial 2020

By Admin


Oleh: Edi Kurniadi

nusakini.com - Pada bulan April-Juni tahun 2020, Kementarian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyelenggarakan pelatihan pendampingan program perhutanan sosial paska izin dengan metoda pelatihan jarak jauh (E-learning). Pelatihan dilaksanakan selama 6 gelombang masing-masing selama 4 hari dengan total 100 angkatan. Balai Diklat LHK Samarinda sendiri melaksanakan 12 angkatan dengan peserta sebanyak 360 orang.  

Beberapa fasilitas yang ada pada pelatihan e-learning dapat digunakan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pelatihan. Fasilitas tersebut diantaranya rekaman proses pembelajaran online, tulisan komunikasi melalui chat box pada aplikasi zoom cloud meeting maupun pada forum diskusi LMS. Selain itu, rekaman komunikasi pada whatsapp group (WAG) panitia dan tutor dapat membantu mengetahui aktivitas para tutor dan panitia dalam mempersiapkan materi dan skenario pembelajaran. Berikut adalah hasil analisis dari proses pembelajaran berdasarkan pencermatan dar fasilitas pelatihan jarak jauh tersebut .

Pencermatan terhadap rekaman pembelajaran online dan WAG digunakan untuk melakukan analisis terhadap aktivitas panitia, tutor, pengamat pelatihan, bahkan pimpinan dari Kementerian LHK. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelatihan ini sudah berjalan dengan baik dimana seluruh peserta dan tutor dapat mengikuti pembelajaran daring. Tutor mempunyai kemampuan dan pengalaman yang cukup untuk memfasilitasi, dan peserta dari ketiga gelombang bisa berpartisipasi dengan baik dalam proses pembelajaran. Perhatian pimpinan di BP2SDM dan Ditjen PSKL terhadap pelatihan ini cukup baik, dengan sesekali mengunjungi dan menyapa peserta. Terdapat pula pengamat dari TP2PS tentu membuat pelatihan ini dilaksanakan lebih semarak.

Sebagian tutor telah menambah alokasi waktu untuk diskusi saat pembelajaran daring dengan strategi pembagian peran dalam penyampaian materi dan merancang topik yang didiskusikan. Beberapa tutor menyempurnakan bahan pelengkap dan membuat catatan pembelajaran daring. Tutor telah merubah materi tugas mandiri dari pertanyaan dengan jawaban berupa paham/belum paham menjadi pertanyaan atau penugasan yang mendorong peserta mempelajari materi. 

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terjadi koordinasi dan komunikasi yang baik diantara para tutor. Para tutor selalu mendiskusikan skenario pembelajaran yang akan dimainkan pada setiap agenda pembelajaran. Tutor bisa saling mengisi dan melengkapi. Tutor juga melakukan pencatatan hasil dari pembelajaran. Tutor selalu melakukan pemutahiran bahan tayang sesuai hasil pembelajaran sebelumnya. Tutor juga menyiapkan penugasan bagi peserta walaupun di LMS sudah tersedia penugasan dari panitia. Apabila ada masukan perbaikan, maka tutor menyambut baik masukan tersebut. 

Pencermatan terhadap rekaman pembelajaran baik online maupun offline, risalahan chatting pada aplikasi zoom, serta komunikasi melalui wa pribadi tutor menunjukkan bahwa tutor melakukan peningkatan partisipasi peserta dengan mengoptimalkan komunikasi. Beberapa cara digunakan tutor untuk meningkatkan partisipasi peserta waktu pembelajaran online. Tutor mempunyai catatan peserta yang perlu “dipaksa” untuk berbicara pada setiap sesi, menunjuk peserta secara bergiliran untuk menjawab pertanyaan. Cara lain adalah melakukan review terhadap hasil belajar mandiri peserta dan menanyakan kembali kepada beberapa peserta. Pada waktu diskusi, tutor memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya. Tutor juga meminta peserta menyampaikan pendapat melalui fitur chat yang ada pada aplikasi zoom. 

Pada pembelajaran online, partisipasi peserta ditunjukkan dengan memberikan pendapat atau pertanyaan secara langsung maupun melalui chat. Peserta menyampaikan pendapat secara langsung karena ditunjuk atau diminta berbicara. Sebagian menyampaikan pendapat karena diminta klarifikasi terhadap tulisan peserta dalam forum chat. Ada juga peserta yang menyampaikan pendapatnya secara sukarela, namun jumlahnya sedikit. Pemanfaatan forum diskusi pada aplikasi LMS rupanya belum bisa dioptimalkan. 

Pencermatan terhadap rekaman pembelajaran online dan risalah WAG, beberapa tutor menyusun bahan tayang untuk melengkapi atau memberi penekanan pada beberapa pokok bahasan pada materi utama. Tutor menyusun materi pelengkap untuk seluruh materi pelatihan (MP), kecuali MP6. Terdapat tiga materi utama dan materi pelengkap yang perlu dilakukan pengecekan ulang karena ketidak sesuaian baik antara materi pelengkap dengan materi utama maupun ketidak sesuaian dengan pokok bahasan pada kurikulum.  

Materi pelengkap dikelompokkan ke dalam 3 kelompok. Kelompok Pertama, materi pelengkap untuk memberikan tambahan informasi dan tidak banyak merubah substansi. Kelompok kedua, adalah substansi dari materi pelengkap masih sesuai dengan pokok bahasan yang ada di kurikulum akan tetapi perbedaan atau penambahannya cukup banyak dari materi utama. Kelompok ketiga, adalah penambahan substansi materi pelengkap tidak sesuai dengan materi utama dan pokok bahasan pada kurikulum.

Pencermatan terhadap rekaman pembelajaran online dan risalah chatting, permasalahan yang banyak dibahas oleh peserta pelatihan adalah materi pendampingan awal serta materi pengembangan dan pengelolaan kawasan hutan dan lingkungan. Sementara yang paling sedikit dibicarakan adalah materi panduan role model pendampingan PS dan materi pengelolaan pengetahuan.

Berdasarkan kesesuaian topik yang dibahas dengan pokok bahasan materi pelatihan tertentu, topik yang dibahas pada materi pelatihan kerjasama, akses permodalan dan akses pasar adalah yang paling sesuai. Sementara topik yang paling tidak sesuai adalah materi pelatihan panduan role model pendampingan PS. Pada saat proses pembelajaran materi pelatihan panduan role model pendampingan PS dan materi pengelolaan pengetahuan, terdapat tiga materi lain yang banyak dibahas. 

Berdasarkan pencermatan terhadap waktu yang digunakan oleh setiap tutor, penggunaan waktu setiap sesi untuk ceramah secara umum sebesar 66%. Pembagian waktu setiap tutor pada setiap sesi hampir proporsional. Namun terdapat beberapa tutor mendominasi penggunaan waktu. Terdapat penyampaian materi yang sama oleh dua atau tiga tutor, akan tetapi ada materi yang malah tidak tersampaikan.  

Berdasarkan pencermatan terhadap permasalahan yang diungkap peserta,terdapat beberapa pertanyaan yang disampaikan adalah permasalahan yang dihadapi di lapangan dan sedikit membahas kompetensi yang mesti dimiliki peserta pelatihan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu terdapat masalah yang dibahas tidak sesuai dengan pokok bahasan untuk materi pelatihan tersebut.

Hasil analisis proses pelatihan P3SPI disampaikan melalui media WAG tutor dan panitia. Para tutor dan panitia kelihatannya merespon baik hasil analisis dengan melakukan perbaikan. Beberapa respon hasil analisis tersebut, misalnya tutor berupaya meningkatkan komunikasi agar partisipasi peserta lebih tinggi. Demikian pula, setelah hasil analisis tentang efektivitas metoda pembelajaran, tutor melakukan kesepakatan pembagian peran pada saat pembelajaran, dan berupaya lebih banyak waktu diskusi daripada ceramah.

Hasil analisis juga disampaikan pada saat rapat evaluasi penyelenggaraan pelatihan secara menyeluruh dengan Ditjen PSKL dan Pusat Diklat SDM LHK. Masalah materi pelengkap yang berbeda dengan kurikulum dapat menjadi pertimbangan bahan revisi modul dan kurikulum. Sementara terkait materi yang populer bagi peserta dijadikan pertimbangan untuk meninjau program pelatihan pendampingan berikutnya.

Pada pelatihan jarak jauh, pekerjaan melakukan pencatatan proses pembelajaran yang biasanya dilakukan panitia pada pelatihan tatap muka menjadi tidak ada. Selain itu, berbagai aspek pelatihan, baik partisipasi peserta, kegiatan pengajar, maupun pengelola pelatihan bisa dicermat lebih banyak. Itulah salah satu manfaat dari pelatihan jarak jauh.