Menlu Blinken Beri Peringatan, Bila Israel Terus Mau Perang, AS Bakal Bela Gaza
By Admin
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kini berada di Tel Aviv, Israel. Ia dilaporkan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Dalam pidatonya, ia menegaskan AS ingin mencoba memperpanjang gencatan senjata di Gaza, Palestina. Ia pun berharap lebih banyak sandera yang dibebaskan Hamas.
Menurut sumber, terungkap bahwa Blinken mengatakan AS memahami jika Israel hendak melanjutkan perang. Disebut ada potensi Israel akan memperluas serangan dari Gaza Utara ke Gaza Selatan.
Tapi, Blinken memberi peringatan. Bahwa ini akan memberi semakin banyak tekanan internasional ke Israel, termasuk juga ke AS.
"Semakin besar tekanan internasional yang akan diberikan kepada AS dan Israel untuk menghentikan perang tersebut," tegasnya sebagaimana dimuat media Qatar Al-Jazeera dan media AS Axios, mengutip salah satu sumber, Jumat (1/12/2023).
Ia pun meminta Israel menerapkan apa yang disebutnya "rencana perlindungan sipil". Israel harus menentukan wilayah di mana warga sipil Gaza "dapat aman", dan hindari kerusakan pada infrastruktur seperti rumah sakit dan fasilitas air.
"Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara harus diizinkan untuk kembali jika kondisinya memungkinkan", kata Blinken.
"Tidak boleh ada perpindahan internal yang berkepanjangan," tambahnya.
Mengutip data Reuters November, serangan Israel ke Gaza, membuat banyak simpati muncul ke Palestina. Dari data yang dikeluarkan Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), yang meliput demonstrasi antara 7 dan 27 Oktober, tercatat bagaimana 3.761 aksi demo terjadi di mana 86%-nya mendukung Palestina.
Menurut jejak pendapat Reuters/Ipsos, dukungan ke Presiden AS Joe Biden juga mulas menurun. Di mana akibat perang Israel di Gaza pada November, hanya 395 responden menyetujui kinerjanya sementara yang lain tidak.
Sementara itu, sebelumnya, AS tiba-tiba "membela" Hamas. Paman Sam menyebut kelompok itu tidak memanfaatkan warganya yang diculik untuk memberikan keuntungan dalam negosiasi dengan Israel.
Hal ini disampaikan Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, Selasa waktu setempat. Dalam keterangannya, Kirby menekankan bahwa tidak ada tanda-tanda faksi militan Palestina bermaksud untuk "bermain-main".
Ini khususnya berlaku bagi tawanan Amerika. Ia menambahkan bahwa pembicaraan penyanderaan sejauh ini terfokus pada perempuan dan anak-anak.
"Tidak ada indikasi sama sekali bahwa Hamas mencoba menggunakan pengaruh atau sesuatu untuk mencegah orang Amerika keluar," kata Kirby dikutip Russia Today.
Juru bicara tersebut melanjutkan dengan menyatakan bahwa Hamas mungkin tidak memiliki "akses yang siap untuk menjangkau semua orang dalam waktu dekat". Ia menambahkan bahwa tidak mungkin semua warga negara AS ditahan di lokasi yang sama di Gaza.
"Jadi, tidak ada indikasi bahwa Hamas mencoba memainkan permainan tertentu di sini dalam kaitannya dengan Amerika," tambahnya, seraya menyebut masih ada sejumlah sandera AS yang berada di tangan milisi penguasa Gaza itu.
Israel melancarkan serangan udara besar-besaran selama berminggu-minggu di daerah kantong Palestina dan meningkatkan serangan darat sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan jumlah warga Palestina yang terbunuh dalam operasi Israel mencapai lebih dari 15.000 orang. (*)