(Opini) Gerakan Nasional Anti Islamophobia?

By Admin


Oleh: Muhammad Afthon Lubbi* 

nusakini.com - ISTILAH Islamophobia muncul pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1991. Oxford English Dictionary memasukan kata ini sebagai kata baru dalam Bahasa Inggris pada tahun 1997.

Islamophobia adalah ketakutan Barat terhadap muslim dan Islam. Ia adalah kebencian dan permusuhan yang ditunjukkan dengan prasangka negatif dan diskriminasi serta menjauhkan orang-orang Islam dari kehidupan sosial dan politik.

Saya sendiri pernah mengalaminya. Tahun 2005 visa saya ke Inggris susah keluar karena nama saya berawalan Muhammad. London Underground Bombing yang terjadi tahun itu membuat Pemerintah Kerajaan Inggris mengetatkan kebijakan kunjungan warga asing yang datang dari negara-negara berpenduduk muslim, terlebih dengan nama Muhammad, Abdul, dll.

Islamophobia menguat pasca tragedi 9/11 tahun 2001. Pesawat jet penumpang dibajak kelompok teroris dihantamkan ke menara kembar WTC di Washington DC. Korbannya sekitar 3000 masyarakat sipil. Pada tahun 2004, kelompok Al Qaeda yang awalnya menolak, mengklaim bertanggungjawab atas teror tersebut.

Amerika Serikat mendeklarasikan War on Terrorism. Tahun 2011, setelah perburuan panjang, pimpinan Al Qaeda Osama bin Laden ditangkap dan ditembak mati di Abotabad Pakistan.

Relasi Barat Kristen dan Timur Islam memang tidak baik, terlebih setelah banyak munculnya serangan terorisme di berbagai negara. Keadaan yang buruk tersebut sebenarnya merugikan kedua belah pihak. Beruntungnya, kajian-kajian tentang terorisme tidak hanya dilakukan pihak Barat. Dunia Islam dilibatkan. Islam dan umat muslim juga menjadi korban terorisme. Di Saudi, Mesir, Suriah, dll termasuk di Tanah Air, kelompok-kelompok terroris melakukan sekian banyak aksi terror.

Dunia sadar dan paham, kelompok teroris hanya mencatut nama Islam. Semua negara bekerjasama bahu membahu melawan terorisme. Memerangi segala bentuk terorisme dengan berbagai upaya.

Bagaimana dengan Islamophobia? munculnya gerakan terorisme ternyata memunculkan kepedulian umat Islam sedunia. Islam ditampilkan dengan wajah yang sesungguhnya. Islam yang dibajak oleh kelompok teroris, dilawan dengan Islam yang ramah, toleran, dan menghormati hak asasi manusia.

15 Maret 2015 lalu, PBB mengeluarkan resolusi. Tanggal tersebut disepakati secara bulat oleh seluruh anggota PBB sebagai Hari Internasional untuk Menangkal Islamophobia. Bayangkan, seluruh negara sepakat bahwa Islamophobia adalah tindakan rasis yang harus dihapuskan.

Upaya-upaya dialog ternyata berhasil. Relasi Barat dan Islam di masa sekarang terlihat sangat damai. Pada tahun 2017, tren Islamophobia di Inggris turun 16%. Yang unik, penurunan itu diakibatkan oleh seorang pamain sepak bola asal Mesir yang bermain untuk Liverpool FC, Mohammad Salah. Salah yang menunjukkan sikap seorang muslim yang ramah, bersahabat, dan menunjukkan sikap toleransi kepada teman-teman Kristennya saat perayaan Natal, mengubah citra muslim di Inggris.

Tidak hanya Salah, walikota London adalah seorang muslim. Beberapa hari lalu, menteri keuangan Inggris yang baru adalah seorang muslim. Hebat bukan? itulah Islam yang sesungguhnya ketika ditampilkan dengan wajah sejatinya, ramah, sejuk, dan damai.

Demikian sedikit gambaran Islamophobia di Barat, yang mulai terkikis, terlebih setelah PBB membuat resolusi '15 Maret'. Bagaimana di tanah air kita Indonesia?

Pada tanggal 16 Juli 2022 lalu, sekelompok orang yang mengatasnamakan Gerakan Nasional Anti Islamophobia membuat deklarasi melawan isu Islamophobia.

Dengan jelas, deklarasi tersebut menyebutkan bahwa kekuasaan di Indonesia saat ini dirasa masih membiarkan gerakan Islamofobia berkembang. Entah apa yang dimaksud. Apakah menuduh Pemerintah saat ini membiarkan Islamophobia berkembang di Indonesia? Jika ya, itu tuduhan yang sangat serius tapi lucu.

Bagaimana mungkin bisa ada kesimpulan yang mengada-ada seperti itu? Kita adalah negara berpenduduk Islam terbesar di dunia. Masjid bebas didirikan dan buka 24 jam, bebas beribadah kapan saja. Pesantren, sekolah-sekolah Islam, universitas Islam, dengan segala kegiatan umat Islam berjalan tanpa dihalang-halangi oleh siapapun. Bagaimana bentuk Islamophobia di negeri kita? Sulit dibayangkan.

Yang sering muncul justru Salibphobia, jemuran baju ditakuti karena mirip tiang salib. Patungphobia, patung agama lain ditutupi kain karena khawatir akidah menjadi lemah. Begitu kenyataannya bukan? 

Entah apa maksud GNAI ini? sebuah gerakan yang dideklarasikan oleh mayoritas oposisi Pemerintah. Entah apa tujuannya. Sulit dipahami kecuali hanya gerakan politik menuju pilpres. Di saat Barat dan Islam menuju perdamaian. Muncul gerakan mengatasnamakan anti Islamophobia yang justru membuat perpecahan antara umat Islam.

Perlu diingat, keberhasilan mengikis Islamophobia di Barat adalah hasil dari upaya panjang kelompok muslim moderat dari berbagai negara lewat berbagai program menangkal intoleransi, ekstremisme, radikalisme, dan terorisme.

Tiba-tiba, mereka yang selama ini antipati dengan gerakan melawan radikalisme, sebagian mereka yang dulu terang-terangan mendukung ISIS, membuat gerakan anti Islamophobia dengan menuduh Pemerintah.

Yakinlah, yang haq akan tetap haq, yang batil akan hancur.

‎اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا اتباعه

‎وارنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه 


*Penulis adalah Intelektual Muda NU