GOWA -- Rudenim (Rumah Detensi Imigrasi) Makassar Kanwil Kemenkumham Sulsel bekerja sama dengan TKIT Muslih Gowa mengadakan kegiatan Ramadan Ceria pada Rabu (27/3).

Dalam rangka memeriahkan Ramadan 1445H tersebut, beberapa lomba dikompetisikan pada kegiatan tersebut seperti Lomba Azan, Tahfidz AlQuran dan Lomba Mewarnai bagi anak-anak.

Peserta dalam kegiatan ini antara lain anak-anak yang bermukim di Desa lokasi Kantor Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim). Uniknya, beberapa anak pengungsi turut berpartisipasi dalam kegiatan lomba.

Tema yang diusung adalah “Hiasi Ramadhan dengan Prestasi dan Gali Potensi Dini bersama Insan Imigrasi dan TKIT Muslih Gowa” yang disponsori oleh International Organization for Migration atau Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) area Makassar.

Dibuka oleh MC, kegiatan yang dilaksanakan di Aula Rudenim Makassar ini dimulai dengan sambutan Ketua Yayasan TKIT Muslih Gowa, Ustadz Erwin Syarif S.Pd.I. 

Ketua Yayasan menyampaikan, bahwa tujuan dari kegiatan ini bukan sekedar merebut Piala dan hadiah, tetapi lebih untuk mempererat tali silaturahim antar orang tua siswa yang bermukim di daerah sekitar Rudenim Makassar serta mengenalkan masyarakat dengan pengungsi luar negeri.

“Kerjasama dengan Rudenim ini merupakan Kegiatan kedua yang kita lakukan. Saya harap kedepannya kita dapat terus meningkatkan silaturahmi kita. Lomba kali ini cukup spesial juga, dapat dikatakan kegiatan ini bertajuk Internasional karena ada peserta dari pengungsi luar negeri. Semoga anak-anak kita dapat mengenal lebih dekat juga dengan anak-anak pengungsi," ujar Erwin. 

Sementara itu, Kepala Rudenim Makassar, Atang Kuswana mengatakan bahwa kegiatan Ramadan Ceria ini merupakan salah satu bentuk komitmen Rudenim Makassar dalam memberikan perhatian kepada masyarakat sekitar juga kepada anak-anak pengungsi.

“Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi anak-anak dan mereka dapat merasakan keceriaan di bulan Ramadhan ini,” ujar Atang membuka kegiatan.

Ada momen menarik saat pengumuman pemenang lomba. Seorang anak pengungsi asal Somalia, Moukib (8th) diumumkan sebagai juara pertama lomba adzan dan juara favorit lomba tahfidz.

Moukib merupakan anak pertama dari empat bersaudara, ia dilahirkan di Indonesia, orang tuanya sudah menetap di Makassar sejak tahun 2013. Ia juga bersekolah disalah satu SD di Kota Makassar. 

Kepala Rudenim Makassar, Atang Kuswana mengungkapkan, meskipun Indonesia tidak meratifikasi konvensi status pengungsi, tetapi tetap melakukan pemenuhan terhadap hak dasar mereka, diantaranya adalah hak pendidikan.

"Mereka diperbolehkan untuk sekolah, asal pembiayaannya tidak dibebankan kepada APBN atau APBD. Saat ini total ada 93 pengungsi anak di Kota Makassar yang bersekolah baik negeri maupun swasta mulai dari tingkat TK sampai SMA ," jelas Atang.

Sebelum kegiatan ditutup, semua peserta mendapatkan bingkisan dari IOM yang berisi buku dan alat tulis. ‎(*) 

Kontributor: Fajar Ahmad Wahyuddin