Semangat Para Penjaga Hutan Nusantara

By Admin


Oleh : Ganecha Yudhistira

nusakini.com - Selasa,16 Juni 2020 tepat pukul 09.00 WITA pelatihan Pendampingan Perhutanan Sosial Pasca Izin yang dilaksanakan secara daring dan diikuti oleh sekitar 3000 peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dibuka oleh Kepala Direktorat Jendral PSKL KLHK. Pelatihan pasca izin perhutanan sosial ini sangat diperlukan oleh para pemegang izin untuk melakukan gerakan dalam menjaga kelestarian dan ekonomi berkelanjutan. Saya Ganesa, salah satu peserta dari LPHD Kerima Puri, Kampung Merabu, Kabupaten Berau yang mengikuti pelatihan ini. Dalam pelatihan ini saya tergabung di Angkatan 11 Gelombang ke 6 Samarinda dengan total peserta 31 orang dari 7 Pemegang izin Perhutanan Sosial diantaranya adalah LPHD Karangan Dalam Bermartabat (Kab.Kutai Timur), LPHD Kerima Puri (Kab.Berau), KTH OLAH BEBAYA (Kab. Kutai Kartanegara), KBCF (Samarinda), KTH/LMDH SUMBER REJEKI (Rembang), PELANGI (Pandegang), NEGLASARI (Lebak Banten), dan LMDH RAWA SAKTI (Pemalang) semua peserta sangat antusias dengan pelatihan ini. 

Antusias dan semangat para penjaga hutan terlihat saat mereka senantiasa memberikan perhatian terhadap materi-materi yang diberikan oleh para pelatih, belajar mandiri di rumah untuk mengerjakan tugas dan mengirimkannya tepat waktu, padahal banyak peserta yang kondisi kampungnya belum memilki jaringan internet yang bagus, sehingga mereka rela menempuh perjalanan sejauh 130 kilometer dengan waktu tempuh 3-4 jam hanya demi mendapatkan sinyal untuk ikut pelatihan ini. Ada pula kelompok yang mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan menggunakan satu device (laptop) yang di gunakan untuk mencetak soal, kemudian jawabannya di tulis tangan, lembar jawaban di foto, setelah itu dikirim melalui website www.e-learningmenlhk.go.id. Bukan hanya itu saja kisah menarik dari para peserta selama mengikuti kegiatan pelatihan daring ini, bahkan beberapa peserta ada juga yang mengerjakan hingga larut malam, karena harus membagi dengan aktvitas lainnya dan juga ingin memberikan hasil tugas terbaik.

Selain itu tingkat keingintahuan yang tinggi nampak dari antusias peserta pada saat berdiskusi mengenai pengalaman maupun permasalahan-permasalahan yang dimiliki oleh para pemegang izin perhutanan sosial sebagai tambahan pengetahuan mreka. Nampak dari setiap materi para peserta selalu ingin bertanya dan berbagi pengalaman yang terjadi, salah satunya bapak Zahroni peserta dari LPHD Karangan Dalam Bermartabat menyampaikan “ kami punya SK Hutan Desa sudah 5 tahun, namun kami masih belum merasakan dampak ekonominya selama ini dan hal itu tidak menyurutkan kami untuk tetap menjaga hutan kami, tapi kini kami mulai dengan Pertanian Hidroponik dan Porang di area kampung sebagai alternatif ekonomi masyarakat agar hutan tetap terjaga dan lestari”. Cerita pak Zahroni sungguh menarik dan mengesankan bagi saya, karena saya yang terbilang masih muda, tapi semangat saya kalah dengan beliau yang sudah tua tapi tetap mau berusaha untuk menemukan solusi ekonomi alternatif untuk masyarakat serta masih terus belajar demi menambah ilmu sebagai upaya melestarikan kawasan hutan mereka. 

Tanpa terasa hari ke-4 telah berlangsung dengan materi akhir Monitoring dan Evaluasi bagi para peserta yang telah mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Tepat pukul 14:30 WITA pelatihan daring di tutup oleh Kepala BP2SDM, Dirjen PSKL, Sekertaris BP2SDM, Sekertaris Ditjen PSKL, Direktur dan Kepala Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari setiap daerah. Pelatihan daring ini memang memiliki banyak kelebihan, seperti mudah diakses dimana dan kapan saja, mengehemat biaya, serta yang terpenting dapat mencegah penyebaran virus Covid-19. Hanya saja saya mengamati bahwa pelatihan daring seperti ini juga memiliki kelemahan tersendiri, yaitu tidak semua peserta dapat mengikuti dengan baik, karena tidak semua peserta memiliki latar belakang pendidikan yang baik, seringkali konsenterasi peserta terpecah dan tidak lagi fokus dalam menerima materi. Dalam pengerjaan tugas pun begitu, jawabannya memang sudah tertera di dalam modul yang telah diberikan, sehingga jika peserta membaca dengan baik dan dapat meramunya dalam bentuk tulisan pasti dapat mengerjakan soal dengan tepat, hanya saja background pendidikan dan kurangnya minat membaca menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi para peserta untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berbeda halnya jika pelatihan dilaksanakan secara langsung, selain para pemateri bisa melakukan tatap muka dan kontak langsung dengan para peserta, pendamping dari masing-masing kelompok dapat membantu peserta dengan membuka forum diskusi agar peserta lebih mudah untuk memahami modul yang telah diberikan pemateri. Berdasarkan alasan itulah, menurut saya pelatihan secara langsung lebih efektif. Hanya saja di masa new normal ini, pelatihan langsung pun akan sulit dilakukan tentunya. Hhmmm, semoga bumi segera membaik.  

Tulisan ini akan saya tutup dengan closing statement dari salah satu penjaga hutan LPHD Karangan Dalam Bermartabat, Kalimantan Timur. Ah, lagi-lagi dari Karangan Dalam, kalau sebelumnya Pak Zahroni yang menyampaikan inovasinya, kini Pak Ahmad Subakir menyuarakan kepeduliannya terhadap masa depan hutan, kata-katanya membuat saya bergelora! Memang luar biasa sekali para penjaga hutan dari Karangan Dalam. Siapa yang tidak merinding mendengar kalimat ini dengan suara yang lantang dan tegas. “Jika hutan desa kami dijual dan ditebang senilai satu juta rupiah, itu tidak bernilai apa-apa bagi kami, tapi jika hutan desa kami rawat dan pelihara maka menghasilkan oksigen bagi seluruh dunia dan mensejahterakan masyarakat sekitar”.