Simposium Internasional Studi Austronesia Dorong Kerja Sama Antarnegara Migrasi Penutur

By Admin

nusakini.com-- Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang mencakup sekitar 1.200 bahasa yang dituturkan oleh populasi yang mendiami kawasan lebih dari setengah bola dunia. Meski memiliki kesamaan dalam pemanfaatan bahasa, kerja sama antarnegara-negara di daerah migrasi penutur Austronesia belum terjalin secara intensif.

Karena itulah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) menyelenggarakan simposium internasional tentang studi Austronesia yang diberi tajuk "Austronesian Diaspora". Penyelenggaraan simposium internasional ini juga didukung oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud. 

The International Symposium on Austronesian Diaspora 2016 diselenggarakan di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, 18-23 Juli 2016. Simposium internasional ini dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai negara, antara lain Australia, Cina, Perancis, Jerman, Jepang, Taiwan, Thailand, Selandia Baru, dan Belanda.

Para peserta simposium terdiri dari akademisi dan peneliti, pemerhati sejarah dan budaya, mahasiswa, masyarakat, serta media massa. Sebanyak 95 makalah dari 20 negara akan dipresentasikan oleh para ahli terkait studi Austronesia, antara lain studi arkeologi, antropologi, sejarah, geologi, paleoantropologi, linguistik dan genetika. 

Arkeolog senior Arkenas, Truman Simanjuntak mengatakan, hingga saat ini belum ada jalinan kerja sama lingkup global terkait Austronesia. Studi yang dilakukan selama ini masih terbatas pada kelompok-kelompok peneliti tertentu. Karena itulah simposium internasional tentang studi Austronesia ini diselenggarakan sekaligus sebagai manifestasi besarnya perhatian pemerintah Indonesia terhadap penelusuran sejarah dan budaya bangsa-bangsa penutur Austronesia di lingkup global. 

The International Symposium on Austronesian Diaspora merupakan simposium internasional kedua tentang Austronesia yang diselenggarakan Indonesia. Simposium pertama berlangsung pada 11 tahun lalu, yaitu tahun 2005 di Solo, dengan tema "The Dispersal of The Austronesians and The Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago" atau Penyebaran Austronesia dan Etnogenesis Penduduk di Kepulauan Indonesia. 

Dalam kurun waktu 11 tahun itu tentu sudah banyak kemajuan studi Austronesia di berbagai belahan dunia. Simposium kedua ini menjadi sangat strategis untuk memperbarui pemahaman tentang kehidupan para leluhur bangsa-bangsa penuturnya, termasuk perkembangannya. Simposium juga menjadi momen penting untuk berbagi informasi tentang kemajuan penelitian di berbagai negara, sekaligus membuka peluang kerja sama lintas negara dalam mengembangkan studi Austronesia di lingkup global. 

Selain menyajikan 95 makalah dari 20 negara, simposium "Austronesian Diaspora ini juga akan melakukan tinjauan ke lapangan (fieldtrip), yaitu berkunjung ke situs Austro-Protosejarah di Gilimanuk dan Austro-tradisi Subak di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali. Kemudian sebagai kegiatan pendukung, digelar pula pameran yang mengangkat nilai-nilai kebangsaan, seperti kebinekaan, etnogenesis, dan kemaritiman, serta pemutaran film tentang Austronesia. Tidak ketinggalan pula pertunjukan-pertunjukan seni untuk memperkenalkan kekayaan dan kebinekaan budaya Indonesia yang juga menjadi bagian dari warisan leluhur Austronesia. (p/ab)