Sinem dan Perhutanan Sosial

By Admin


Oleh: Swary Utami Dewi

(Anggota TP2PS, Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial)

nusakini.com - Panggil saja dia Sinem, 52 tahun. Perempuan, yang berpenampilan paruh baya ini, bertubuh mungil dan terlihat jauh lebih tua dari usianya. Raut muka dan kulitnya lumayan legam menandakan persahabatannya dengan sinar matahari. Saat dipanggil oleh tim verifikasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) untuk dilihat KTP dan KKnya, dia duduk menunggu di depan meja, bersama beberapa perempuan yang rata-rata berusia di atas 50 tahun.

Hari itu, 19 Juni 2019, merupakan momen saat Mbah Sinem bersama ratusan petani lainnya, didatangi oleh tim verifikasi teknis Kemen LHK. Mereka berasal dari LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Sido Mulyo, Desa Randusongo, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Saat tiba gilirannya, Mbah Sinem memberikan KTP dan KK. Entah mengapa, tiba-tiba Sinem menangis. Semula pelan, lama-lama makin kencang sesegukan. Bahunya terguncang.

"Kenapa, Mbah?" Sesudah meminum air putih yang diberikan, perlahan dia berbicara dalam bahasa Jawa, yang lalu diterjemahkan oleh seorang staf Perhutani setempat.

Ternyata suami Sinem setahun lebih sudah wafat. Suaminyalah yang terdaftar sebagai anggota LMDH. Dia dan suaminya aktif menggarap lahan atau "mba'on" di kawasan Perhutani. Sinem dan suaminya hanya berdua, tanpa anak. Praktis saat suaminya wafat, Sinem sendirilah yang kemudian jadi pesanggem di situ.

Sinem, yang masih setengah sesegukan, khawatir jika nanti mendaftar untuk skema Kemitraan Kehutanan (KK), dia akan ditolak, karena suaminyalah yang sebelumnya terdaftar sebagai anggota LMDH. 

" Saya tanam palawija seperti jagung dan kacang tanah. Hasil ini sebagian besar saya makan sendiri. Jika saya tidak ikut, bagaimana saya makan," jelas Sinem terbata.

Akhirnya dijelaskan bahwa seorang janda seperti Sinem adalah layak dan sangat diprioritaskan untuk berpartisipasi dalam skema Kulin KK. Perhutanan Sosial memang dimaksud untuk memberikan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik kepada para pesanggem gurem seperti Sinem.

"Mbah boleh terus menggarap lahan," ujarku tersenyum. Sinem nampak lega, menghapus lagi airmatanya dengan ujung kebayanya yang sederhana. Dia membalas dengan senyum, meski sisa-sisanya tangisnya masih ada. Sinem beringsut mundur lalu pamit pulang sesudah KK dan KTPnya dicermati. Dan semua yang hadir memandang Sinem dengan rasa campur aduk.

Semoga Perhutanan Sosial mampu membantu dan membuat lebih baik nasib orang-orang seperti Sinem.


(Tami, 19 Juni 2019)