Tingkat Bunuh Diri Anak di Jepang Dicatat Sangat Tinggi

By Nad

nusakini.com - Internasional - Kasus bunuh diri di antara anak usia sekolah di Jepang terhitung sangat tinggi pada tahun ajaran lalu, menurut laporan yang dipublikasikan oleh kementerian pendidikan pada hari Rabu (13/10).

Jepang mencatat 415 kasus bunuh diri di antara anak-anak sekolah berusia 6 sampai 18 tahun saat tahun ajaran 2020, angka yang paling tinggi sejak laporan dimulai pada tahun 1974.

Berbagai faktor melatarbelakangi keputusan mereka, seperti masalah keluarga, hasil sekolah yang tidak baik, hubungan dengan anak lain, dan penyakit, menurut laporan media NHK. Mereka mengatakan alasan di balik lebih dari setengah kasus bunuh diri yang dilaporkan pada tahun ajaran lalu tidak diketahui.

Angka ini 31% lebih tinggi dari tahun ajaran sebelumnya, dimana 317 anak meninggal akibat bunuh diri.

"Meningkatnya kasus bunuh diri ini sangat mengkhawatirkan," ucap Eguchi Arichika, kepala divisi hubungan anak dan siswa di kementerian pendidikan Jepang.

Kementerian pendidikan Jepang melakukan survei tahunan di semua tingkatan sekolah dan mengkompilasi data mengenai kasus bunuh diri, perundungan, dan pembolosan.

Laporan pada hari Rabu ini juga menyatakan lebih dari 190.000 siswa SD dan SMP tidak menghadiri sekolah selama 30 hari atau lebih pada tahun ajaran 2020. Ini adalah rekor baru dan sekitar 8% lebih tinggi daripada tahun sebelumnya.

"Hasil ini menunjukkan pandemi mengakibatkan perubahan di sekolah dan lingkungan keluarga, serta memiliki dampak terhadap perilaku siswa," kata Eguchi.

Masih belum jelas bagaimana lockdown pandemi berkontribusi terhadap absensi di sekolah. SD, SMP, dan SMA di Jepang ditutup dari bulan Maret hingga Mei 2020. Tahun ajaran Jepang dimulai pada bulan April dan berakhir pada bulan Maret berikutnya.

Survei tersebut menunjukkan sekitar 30.000 siswa tidak masuk sekolah selama 30 hari atau lebih karena kekhawatiran mengenai infeksi virus corona.