Kuatkan Busana Muslim Indonesia, Pelaku Usaha Usul Adanya ‘Moslem Fashion District’
By Admin
nusakini.com--Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta untuk menguatkan fashion muslim Indonesia. Untuk itulah, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengundang stakeholder dan pelaku-pelaku dari kementerian/lembaga.
Hal tersebut diungkap Irfan Wahid, Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) usai mendampingi Indonesia Fashion Chamber (IFC) bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/4).
Sementara itu, Ali Charisma, Ketua IFC menyampaikan telah menawarkan program yaitu ingin memperkenalkan Indonesia kepada dunia dengan busana muslim.
“Kita ketahui bahwa ada Paris dengan Haute Couture, Milan dengan Ready to Wear, Amerika dengan Sportwear, Turki dengan kontemporer dan London dengan Street wear, Indonesia dengan Moslem Wear-nya,” ujar Ali.
Dengan mengusung ide itu, menurut Ketua IFC, tidak perlu membawa pelaku usaha ke luar negeri, tetapi kebalikannya membawa pelaku usaha internasional ke dalam negeri.“Itu jauh lebih efisien dan bermanfaat bagi pelaku bisnis mode itu jauh lebih efisien secara biaya dan secara branding promosi Indonesia sebagai pusat mode muslim dunia,” tambah Ali.
Untuk pangsa pasar sendiri, Ketua IFC mengungkapkan bahwa pangsa pasar Indonesia itu cocok dengan pangsa pasar seluruh dunia busana muslim karena di Indonesia sangatlah beragam.
“Cara berpakaian busana muslim kita sangat beragam, cocok dengan Timur Tengah, cocok dengan muslim Amerika, cocok dengan muslim Eropa, cocok dengan Turki, Asia juga. Jadi ada semua di Indonesia, jadi itulah salah satu kekuatan busana muslim Indonesia bisa menembus atau menjadi tuan rumah di Indonesia,” katanya.
Moslem Fashion District
Pada pertemuan tersebut, menurut Ipang, panggilan akrab Irfan Wahid, telah disepakati juga adanya moslem fashion district yang akan dicari tempatnya di mana. Ia menambahkan bahwa ada beberapa usulan tempat salah satunya di Pasar Baru atau Kota Tua.
“Intinya itu akan menjadi semacam Harajuku-nya Tokyo lah, tapi khusus moslem fashion. Jadi akan menjadi pusat turis, nah itu yang akan membuat bagaimana caranya lebih timbul. Karena kita ini cuma terkenal sebagai 5 besar pengguna saja, tapi kita sebagai pelaku sebagai pemain 10 besar juga belum masuk,” kata Ipang.
Senada dengan Ipang, Euis Saedah, Sekretaris Jendral Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), menyampaikan bahwa untuk menunjang dari segi SDM sekitar 3 tahun lalu di bandung telah dibangun Islamic Fashion Institute, sudah seratus lebih lulusannya dan terus bertambah tiap tahun.
“Kita juga sudah kerja sama dengan Adelaide University untuk meningkatkan kemampuan kita di bidang teknologi terutama di-designing. Contohnya misalnya kita mendesain tidak lagi dengan gambar tangan tetapi juga bisa menggunakan teknologi informasi,” ujar Euis.
Kerja sama pemerintah dengan industri fashion, menurut Euis, masih akan dibahas siapa yang akan memimpin, kementerian mana dan bagaimana bentuk support atau intervensi pemerintah.
Mengenai penguatan kearifan lokal, baik Euis maupun Ali, menyampaikan bahwa keragaman Indonesia akan membuat busana muslim bisa diterima di belahan dunia mana saja.
Respons Presiden Jokowi, menurut Ketua IFC, sangat positif dan akan mengikuti gaya berbisnis internasional dengan ada dua musim kemungkinan karena kita akan mengundang internasional buyer dan media.
“Nantinya kita akan mengikuti dua musim ada spring/summer dan autumn/winter. Otomatis dengan adanya dua musim akan mempengaruhi besar bisnis yang ada di Indonesia, jadi sangat dinamis nanti,” pungkas Ali. (p/ab)