Paolo Maldini: Piala Dunia Dua Tahun Sekali Bencana Bagi Sepakbola!

By ommed


nusakini.com - Legenda sekaligus direktur AC Milan, Paolo Maldini bergabung dengan gerbong para penolak gagasan Piala Dunia diadakan dua tahun sekali karena menilai akan memiliki dampak negatif bagi sepakbola.

FIFA terus mengusahakan agar proposal mereka mengubah frekuensi Piala Dunia dari empat tahun menjadi dua tahun sekali meski pun telah mendapat banyak penolakan dari banyak pihak mulai dari kalangan pemain, pelatih, klub dan sponsor.

Maldini merasa Piala Dunia sebagai turnamen prestise akan kehilangan keunikannya apabila dimainkan dalam kurun waktu yang lebih cepat dari biasanya yang sudah diterapkan sejak sejarah awal turnamen.


"Saya tidak berpikir memainkan Piala Dunia setiap dua tahun sekali adalah ide yang bagus," kata eks bek legendaris Milan tersebut kepada kantor berita ANSA.

"Itu akan menghilangkan nilai penting dari agenda olahraga paling unik di dunia, menghilangkan tradisi yang sudah berlangsung hampir seabad."

"Saya harap, sebagai seseorang di dunia olahraga, FIFA akan meninggalkan proyek yang salah kaprah ini. Sebagai permulaan, itu akan memiliki dampak yang sangat negatif pada kesehatan fisik dan mental para pemain, juga pada masa depan kompetisi-kompetisi domestik."


"Para atlet, federasi dan klub semuanya sadar bahwa cuma ada sedikit manfaat dibandingkan dengan kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh keputusan ini pada dunia kita, dunia sepakbola."

Sebelumnya, presiden FIFA, Gianni Infantino berpendapat bahwa perubahan frekuensi gelaran Piala Dunia menjadi lebih cepat tidak akan mengurangi prestise turnamen, sama halnya seperti ketika memutuskan untuk mengubah jumlah pesertanya.


"Piala Dunia dengan 48 tim [dari 2026] telah diputuskan. Entah akan berlangsung setiap dua tahun atau empat tahun, itu sedang dibicarakan," kata Infantino.

"Pastinya percaya dalam penyelenggaraan acara yang lebih bergengsi, entah Piala Dunia atau apa pun... Justru karena ini adalah turnamen prestise maka mungkin sebabnya perlu digelar lebih sering."

"Prestise sebuah turnamen bergantung pada kualitasnya, bukan frekuensinya. Anda memiliki Super Bowl [turnamen untuk bisbol] setiap tahun atau Liga Champions setiap tahun, dan semua orang antusias untuk menantikannya." (gi/om)