PT WIKA atau Wijaya Karya dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda yang bernama NV Nis en Co di tahun 1960. Awalnya perusahaan ini bernama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Di tahun yang sama Wika mengambil bagian dalam proyek pembangunan gelanggang olahraga Bung Karno pada Games of the New Emerging Forces (GANEFO) and the 4th Asian Games di Jakarta. Seiring berjalannya waktu berbagai perbaikan dilakukan untuk terus tumbuh dan memberi kontribusi pembangunan bangsa dengan memberi jasa konstruksi ke seluruh negeri.
Perusahaan ini mengalami pertumbuhan signifikan pada 1972, ketika melakukan pergantian nama menjadi PT. Wijaya Karya. Wika kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting: seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.
Pada 1997 Wika membangun beberapa anak perusahaan. Yang pertama adalah PT Wijaya Karya Beton. Kemudian pada 2008 mendirikan anak perusahaan PT Wijaya Karya Gedung Yang mengkhususkan diri dalam pengembangan gedung-gedung tinggi. Wika juga mengakuisisi 70,08 persen saham PT Catur Insan Pertiwi Itu mengkhususkan diri di bidang mekanik-listrik. Kemudian PT Catur Insan Pertiwi diganti namanya menjadi PT Wijaya Karya Insan Pertiwi. Pada tahun 2009, bersama dengan PT Jasa Sarana dan RMI, mendirikan PT Wijaya Karya Jabar Daya mengkhususkan diri dalam pengembangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) proyek.
Wika memiliki visi menjadi salah satu EPC terbaik dan terpadu serta perusahaan investasi di Asia Tengara. Di akhir 2011, pemerintah Indonesia memegang 65 persen kepemilikan perusahaan. Sementara sisanya dimiliki oleh publik. Di tahun 2013, Wika mendapat kontrak baru pekerjaan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Arun yang berdaya 200 megawatt. Dari proyek ini perusahaan mendapat nilai kontrak senilai 81,180 juta euro.