Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar lahir di Tasikmalaya pada tahun 1945. Masa kecilnya sebagian besar dihabiskan di Bandung sampai ia selesai pendidikan SMA. Kemudian Agum melanjutkan pendidikannya ke Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang pada tahun 1969.
Karir militer Agum Gumelar bermula pada tahun 1973 ketika ia menjabat sebagai staf Kopkamtib. Pada tahun 1987 ia menjadi Wakil Asintel Kopassus, lalu menjadi Asisten Intelijen Kopassus setahun berikutnya.
Di tahun 1992, Agum Gumelar menjadi Danrem Garuda Hitam di Lampung dan karirnya menanjak sampai ia menjadi Kasdam I Bukit Barisan sampai tahun 1996.
Setelah itu Agum menjadi staf ahli Pangab bidang PolKam dan Pangdam VII WiraBuana di tahun 1996 sampai 1998. Pada tahun 1998 ia menjadi Gubernur Lemhanas.
Pada tahun 1998, Agum Gumelar pernah mendapatkan gelar Master dari American World University. Tetapi lembaga itu dilarang beroperasi oleh Dikti Depdiknas pada tahun 2005 karena melakukan tindakan jual gelar.
Agum Gumelar Terjun ke bidang politik ketika pada tahun 1999 ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Saat itu ia juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1999-2003. Lalu ia menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Persatuan Nasional pada tahun 2001 di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di tahun yang sama, Agum kembali menjabat sebagai Menteri Perhubungan, kali ini di dalam Kabinet Gotong Royong.
Pada tahun 2004, Agum Gumelar menjadi calon wakil presiden dalam pemilihan presiden dari fraksi PPP bersama Hamzah Haz sebagai calon presiden. Tidak berhasil dalam pilpres, pada tahun 2007, Agum Gumelar mencalonkan diri dalam Pilkada DKI Jakarta. Pada tahun 2008, Agum Gumelar dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Barat oleh PDIP dan tidak juga meraih keberhasilan.
Pada 2011, dia menjabat sebagai Ketua Komite Normalisasi PSSI. Sebelumnya Agum menjabat sebagai Ketua umum KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) pada tahun 2003 sampai 2007. Penunjukkan tersebut dilakukan oleh FIFA karena ada kisruh di dalam PSSI.
Melihat semakin dalam permasalahan antara PSSI dan KPSI, dia mengimbau semua pihak untuk menahan diri dan menghindari statement yang bersifat memperkeruh suasana. Demi menyatukan kembali sepak bola nasional semua pihak harus menahan diri dan hindari pernyataan yang bersifat saling mengancam.