Dian Hadipranowo atau Dian HP dikenal sebagai salah satu musisi terbaik di Indonesia. Lahir pada 2 Agustus 1965, Dian HP, nama akrab musisi modern ini, sudah mengenal piano saat berusia dua tahun. Memiliki ayah sebagai diplomat memang membawa rahmat tersendiri bagi Dian.
Tentunya, bukan sekedar identitas unik yang menjadi anugerah musikal Dian Hadipranowo. Penggubah lagu, penata musik serta musisi pengiring yang satu ini memiliki akses yang luas untuk belajar musik, khususnya piano, dari para ahli di negeri seberang. Minat musikal yang juga mendapat dukungan sepenuhnya dari orang tuanya membuat salah satu musisi terlaris di Indonesia ini sudah dapat memainkan piano dan membaca partitur dengan lancar bahkan sebelum memasuki bangku sekolah dasar.
Ketika menetap di Moskow, Rusia, Dian mulai menggeluti musik secara lebih serius melalui pembelajaran privat yang diberikan oleh salah seorang guru piano kenamaan di kota tersebut, Madame Olga. Pada 1981, Dian mematangkan keterampilan jemarinya memukul tuts piano di sekolah musik Bad Codesberg Music Schule, Jerman. Selang beberapa tahun kemudian, musisi peraih berbagai penghargaan tingkat nasional ini kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk melanjutkan pelajaran musikal di Institut Kesenian Jakarta. Dian juga pernah belajar secara khusus di bawah asuhan langsung para musisi kenamaan Indonesia lainnya seperti Indra Lesmana, Didi AGP dan Haryo Yose Guyoto.
Belajar dan berkarya. Semboyan ini seperti lekat dengan jemari lincah Dian Hadipranowo ketika mantan staf pengajar Yayasan Musik Indonesia ini duduk dan berhadapan dengan pianonya. Disibukkan dengan aktivitas mengajar sekolah musik yang diprakarsainya sendiri, Dian HP masih terus menarikan gemulai jemarinya untuk menggubah dan menata komposisi musikal terbaik juga sebagai sumbangsih terbaik dari musisi ini.
Bagi Dian, musik tak hanya sekadar komoditas yang bisa dijual dan menjadi mata pencarian. Musik juga idealisme. Keterampilan, kecerdasan, cita rasa, dan daya cipta dibutuhkan dalam memainkan dan mengembangkan musik. Maka, keduanya harus berjalan seimbang. Di sisi lain, dia pernah mengajar di Yayasan Musik Indonesia dan saat ini disibukkan dengan kegiatannya mengelola sekolah musik miliknya sendiri.