Evita Herawati Legowo sosok wanita bersahaja kelahiran kota Sragen ini telah mengukir sejarah mengagumkan di bidang migas Indonesia. Mengantongi gelar sarjana dari dua universitas terkemuka di Bandung, Legowo resmi mengawali karir profesionalnya pada 1 Maret 1974 sebagai staf Laboratorium Kimia di Lemigas. Peneliti senior kelahiran 1951 ini juga pernah merasakan kehidupan tambang migas selama 9 bulan di Cepu ketika bertindak selaku spesialis pengolahan dan berlanjut selama 3 bulan di Sungai Gerong, Palembang.
Sejak awal menginjakkan kaki di bidang migas, karir perempuan yang gemar bermain tenis meja saat masih remaja ini terus menanjak. Hampir semua jenjang karir pegawai negeri pernah dijajaki sebelum mencapai posisi puncak bidang migas sebagai Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Kementerian ESDM RI. beberapa saat kemudian, Evita Legowo memutuskan mengikuti suami yang melanjutkan studi di Jerman. Kesempatan ini dimanfaatkan wanita yang juga menjabat sebagai Komisaris PT Pertamina (Persero) ini untuk mendapatkan beasiswa sekaligus meraih gelar Doktor bidang Kimia Minyak Bumi dari TU Clausthal Jerman.
Terkait jabatannya sebagai salah satu 'petinggi minyak' di Indonesia, Legowo sama sekali tidak pernah membayangkan akan menjadi perempuan pertama yang membawahi Lemigas dengan hanya 112 perempuan dari 1000 karyawannya, atau sekitar 1/10 dari total pegawainya. Atas pengabdian dan kinerjanya pada bidang ini, Evita menerima penghargaan sebagai Woman of the Year Migas. Evita mempunyai peranan penting dalam perkembangan sumber daya alam Indonesia, khususnya perkembangan gas metana batu bara.
Sudah 38 tahun 9 bulan masa bakti Evita Legowo dan dia memasuki masa pensiun terhitung sejak 1 Desember 2012 lalu. Namun kinerja Legowo tidak berarti selesai. Keputusannya mengabdi di bidang pendidikan sebagai dosen di Program Studi Teknik Perminyakan, ITB sepertinya akan terus memajukan dunia perminyakan Indonesia, khususnya di bidang akademik.