Di akhir tahun 2014 silam, sosok Rusdi Kirana tiba-tiba sangat disorot di pentas politik Indonesia. Setelah masuk menjadi kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan langsung menjabat sebagai Wakil Ketua Umum, nama Rusdi Kirana digadang-gadang menjadi calon menteri (transportasi atau perhubungan) di Kabinet Kerja Presiden Jokowi.
Padahal Rusdi Kirana baru saja terdaftar sebagai anggota PKB di awal 2014. Lalu, apa yang menyebabkan PKB begitu mempercayai pria kelahiran Cirebon tersebut?
Rusdi Kirana adalah mantan Presiden Direktur sekaligus CEO dari salah satu maskapai penerbangan tanah air, Lion Air. Ya, sekitar bulan Oktober tahun 1999 Rusdi Kirana bersama saudara lelakinya, Kusnan Kirana memulai maskapai Lion Air dengan konsep penerbangan biaya murah atau low cost carrier.
Tercatat hanya dalam enam tahun, Lion Air menjelma sebagai salah satu maskapai besar tanah air. Per Desember 2012 saja, Lion Air sudah melayani 60 tujuan baik domestik maupun internasional. Bahkan, saat ini jumlah pesawat Lion Air sekitar 100 unit.
Pada tahun 2004 atau sekitar enam tahun setelah didirikan, Lion Air menguasai sekitar 40 persen segmen pasar maskapai tanah air dengan total penumpang hingga 600.000 orang lebih per bulannya, terbesar kedua setelah Garuda Indonesia.
Salah satu gebrakan yang dilakukan oleh Rusdi Kirana adalah menandatangani kontrak pembelian 234 pesawat Airbus jenis A320 dan A321 senilai Rp 233 triliun. Penandatanganan kontrak yang diklaim terbesar yang pernah diterima Airbus itu disaksikan langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande.
Kesuksesan Rusdi Kirana dengan Lion Air lantas membuatnya masuk dalam daftar 40 orang paling kaya di Indonesia dengan total aset hingga USD 900 juta per tahun 2012. Menariknya, sebelum menjadi pengusaha maskapai penerbangan, pria kelahiran 17 Agustus 1963 itu memulai karir sebagai penjual mesin ketik Amerika 'Brother'.
Berbekal pengalaman seabreg di dunia transportasi udara tak ayal membuatnya melenggang dengan dengan mudah menjadi waketum PKB. Meskipun keputusan masuk kedunia politik membuatnya harus mundur sebagai Presiden Direktur Lion Air tahun 2014 lalu.