Sitti Chadidjah Toana adalah pemilik Yayasan Pondok Pesantren Duafa Perlindungan Perempuan Remaja dan Anak Terlantar dimana para santri mengikuti kegiatan agama, selain itu para santri juga di arahkan pada bidang keterampilan dan olahraga. Sitti Chadidjah mengungkapkan bahwa yayasan tersebut ia dirikan untuk mengajarkan santrinya untuk dapat hidup mandiri dengan mendorong mereka untuk mengembangkan potensi dan bakat mereka.
Keinginan Chadidjah untuk mendirikan pesantren diinspirasi oleh nasihat mendiang ayahnya, Abdul Wahid Toana yang mengutip hadis Nabi Muhammad SAW, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Saat konflik di Kabupaten Poso, Sulteng, bergejolak tahun 1999, panggilan jiwa untuk bermanfaat bagi orang lain membuat Chadidjah mendirikan Posko Peduli Korban Konflik di rumahnya. Dia membuka tangan bagi siapa pun yang membutuhkan tempat berlindung. Ia tak peduli apa latar belakang konflik di Poso, agama, sosial, ataupun ekonomi orang-orang yang mendatanginya.
Jauh sebelum konflik Poso, tepatnya pada tahun 1983, Chadidjah sudah akrab dengan urusan tampung-menampung serta membekali anak-anak telantar dan yatim piatu. Hampir separuh usianya sudah dihabiskan dengan berkutat pada urusan anak-anak telantar, yatim piatu, dan korban KDRT. Selama 28 tahun terakhir, Chadidjah seolah menjadi ibu bagi mereka. Ini pula yang membuatnya akrab dengan panggilan "Mama", "Ibu Ijah", atau "Bibi Ijah".
Sejak saat itu Sitti Chadidjah Toana selalu membuka lebar pintu rumahnya di Jalan Hang Tuah, Palu, Sulawesi Tengah. Dia bersedia menerima siapa saja untuk belajar berbagai keterampilan atau sekadar berdiskusi soal perempuan dan reproduksi. Atau menjadi teman curhat siapa pun yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).