Dr. dr. P. Sudiharto, Sp.BS, adalah dosen Fakultas Kedokteran (FK) UGM. Ia juga salah satu dari dua orang peraih Anugerah Hamengku Buwono IX 2009, penghargaan itu diraihnya atas prestasinya dalam menemukan alat terapi untuk penderita hidrosefalus. Alat temuannya dikenal dengan nama sistem pirau katup semilunar.
Alat ini dipatenkan pada September 2009 dan telah dikembangkan Sudiharto sejak 1978 dan hingga kini telah dipasang kurang lebih pada 7.000 pasien hidrosefalus.
Alat ini dapat digunakan oleh semua golongan usia, mulai dari bayi berumur 11 hari sampai dengan orang tua berusia 65 tahun. Selain penderita hidrosefalus, pompa itu juga dibutuhkan pasien penyakit stroke, trauma kepala akibat kecelakaan, tumor otak, maupun radang otak atau meningitis yang mempunyai gejala yang sama.
Seperti yang dituturkan oleh Sudiharto. Sejak pertengahan dekade 70-an, pompa cairan otak menjadi langka dan harganya di Indonesia yang mahal. Hal ini dipicu oleh peristiwa Malapetaka Limabelas Januari (Malari) 1974.
Karena peristiwa Malari itulah, pasokan semua jenis alat medis dari luar negeri jadi terhambat. Sehingga, kalangan medis terpaksa menggunakan benang konfeksi maupun benang nilon yang biasa dipakai di alat pancing sebagai pengganti benang medis.
Alat ciptaannya tersebut harganya berkisar 1,5 juta - 1,7 juta Rupiah. Tentu jauh lebih terjangkau daripada alat buatan impor yang bisa mencapai 40 juta rupiah. Di samping itu, desain alat buatannya juga dapat disesuaikan dengan umur dan jenis penyakit pasien. Bahkan, ketahanan sistem pirau dapat mencapai lebih dari 25 tahun.