Gelar Ramadan Global Camp, Kemenag Bahas Kurikulum Cinta bersama Mahasiswa Lintas Benua

By Admin


nusakini.com, - Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag menggelar Ramadhan Global Camp di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jumat (8/3/2025).

Acara yang dikemas dalam Talk Show ini, membahas kurikulum cinta bersama mahasiswa UIN Malang yang berasal dari berbagai belahan dunia, mulai dari Eropa, Timur Tengah, Asean hingga Amerika.

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Kamaruddin Amin yang turut serta dalam Talk Show menuturkan, tidak ada alasan mahluk hidup di dunia untuk tidak saling mencintai. Hal ini mengingat dalam setiap langkah manusia itu sendiri, tidak lepas dari sebuah ekosistem yang didalamnya tidak lepas dari orkestrasi Allah sebagai yang maha mengatur.

"Jadi semua capaian kita, kesuksesan kita, kesuksesan karier kita, semua kesuksesan yang kita capai, tidak terlepas dari kontribusi orang lain, tidak lepas dari ekosistem kehidupan yang di dalamnya ada pergumulan, eksistensial manusia dan lingkungan, antar manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam," ujar Prof Kamaruddin.

Kurikulum Cinta pertama kali disampaikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar sebagai panduan bagi lembaga pendidikan binaan Kementerian Agama, khususnya Pendidikan Tinggi Kegamaan untuk menjadi garda terdepan dalam mencetak generasi bangsa di masa depan berlandas kurikulum yang barbasis kepada cinta kasih.

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron Samsudin menyampaikan, dalam menelurkan ide besar Kurikulum Cinta, Menteri Agama tidak hanya berlandaskan kepada Al-Qur'an dan Hadis saja, melainkan mengkaji teks-teks keagamaan dari berbagai agama yang seluruhnya mengarah kepada cinta kasih sebagai jawaban atas problem-problem sosal yang berkembang di dunia.

"Beliau membaca banyak sekali problem sosial, kemiskinian, kekerasan, konflik sosial dan masih banyak lagi yang berkembang di masyarakat global, jadi beliau jeli membaca ini, di mana dari satu sisi Agama mengajarkan bagaimana kita hidup secara harmonis dan damai, tetapi dalam kenyataannya banyak sekali problem sosial. Ini berarti ada yang harus diselesaikan, dan cara paling ideal adalah melalui pendidikan, baik dari tingkat dasar, anak-anak, sampai pada tingkat yang lebih tinggi, melalui kurikulum berbasis cinta ini," terang Prof Sahiron.

Senada dengan hal tersebut, Rektor UIN Malang Zainuddin menjelaskan Indonesia merupakan negara dengan mayoritas beragama Islam, namun tantangan terbesarnya adalah bagaimana mayoritas ini tetap bisa menaungi dan memberikan kedamaian kepada agama yang lain di Indonesia.

"Pak Menteri menyampaikan bahwa pluralitas itu ibarat lukisan Tuhan dari berbagai varian. Oleh karena itu, jangan sampai dinodai, apalagi kemudian dirusak. Nah Indonesia adalah negara yang plural, tidak hanya terdiri dari beberapa agama, tetapi suku dan bahasa. Oleh karena itu, di antara kita harus menjalin kerja sama yang baik," tuturnya.

Perwakilan mahasiswa luar negeri asal Libya, Salih Alson Haji menuturkan, sejak memutuskan belajar di Indonesia, dirinya menemukan berbagai keindahan yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lainnya. Selain alamnya yang kaya, Indonesia sebagai negara dengan berbagai suku, agama, dan budaya, namun terus mampu menjaga perdamaian, kerukunan, dan harmonisasi antar sesama yang hidup di dalamnya.

"Jika merujuk Al-Qur'an dan Hadis ada banyak sekali ayat yang menuntun manusia kepada kemanusiaan, kaitannya dengan Indonesia, Alhamdulillah kalau kita lihat Indonesia itu sangat kaya, kaya sekali, kaya agama, kaya bahasa, kaya bahasa, kaya akan keberagamaan, tetapi saya melihat semuanya mampu hidup bersama-sama," tutur Mahasiswa yang saat ini tengah menempuh S3 di UIN Malang ini. (*)