Program Akses Digital Pemerintah Inggris Membangun Keterampilan Digital untuk Kelompok Marjinal di bagian Timur Indonesia

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Makassar--Program Akses Digital (DAP) Kedutaan Besar Inggris Jakarta, bersama dengan mitra British Council, Berdaya Bareng dan Common Room Network Foundation, akan mengadakan konferensi pers bersama di Makassar untuk memperkenalkan proyekproyek yang tengah berjalan di bagian Timur Indonesia, bertujuan untuk menutup kesenjangan digital. Program Akses Digital adalah inisiatif Pemerintah Inggris yang berfokus pada peningkatan pembangunan digital yang inklusif dan aman, terutama bagi komunitas marjinal.

Pandemi COVID-19 mempercepat laju transformasi digital. Di banyak negara, termasuk di Indonesia, sebanyak 73,7 persen dari total populasi 266.91 juta orang Indonesia, telah terhubung dan memiliki akses ke teknologi digital, namun ada perbedaan signifikan antar wilayah. Sementara jumlah orang online telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir di Jawa, setengah dari populasi offline terletak di bagian Timur Indonesia. Inilah sebabnya mengapa program kami semakin berupaya mengembangkan proyek-proyek di kawasan ini, termasuk di Sulawesi Barat dan Selatan.

Program ini bekerja sama dengan British Council, dengan fokus pada kaum muda, perempuan, dan Penyandang Disabilitas. Proyek Keterampilan untuk Partisipasi Digital Inklusif melibatkan Pelatihan Keterampilan Digital Dasar dan Menengah untuk kaum marjinal, seperti kaum muda dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah, perempuan dan penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Ambon, Pulau Banda, Papua dan Papua Barat. Proyek ini dimulai pada April 2021 dan saat ini berjalan hingga Desember 2022.

Beberapa instruktur digital tingkat ahli dari proyek ini telah mengembangkan manual digital yang terdiri dari Coach Training Manual (pedagogi), Basic Digital Skills Manual, General Intermediate Digital Skills Manual, dan Digital Skills for Economic Opportunities. Ini adalah sumber daya yang akan digunakan oleh 100 Pelatih Tingkat Komunitas dalam memberikan pelatihan keterampilan digital dasar kepada 3000 penerima manfaat dan Pelatihan Keterampilan Digital Menengah kepada 1000 penerima manfaat dalam kelompok yang ditargetkan. Pada Mei 2022, proyek ini telah melatih keterampilan digital dasar dengan lebih dari 2200 penerima manfaat dan Pelatihan Keterampilan Digital Menengah akan diberikan pada Juni 2022. Proyek ini bernilai Rp 5 Triliun.

Proyek bersama Berdaya Bareng tentang "Empowering Women and People with Disabilities (PwDs)", merupakan inisiatif senilai Rp1,9 miliar yang dimulai pada Oktober 2021 dan saat ini berjalan hingga Juli 2022. Proyek ini bertujuan untuk memberdayakan 200 pemuda, perempuan, dan penyandang disabilitas untuk mengakses informasi digital di 3 wilayah di Makassar, Gowa, dan Maros di Sulawesi Selatan. Proyek ini berfokus pada peningkatan literasi digital dan inklusivitas melalui akses teknologi. Selama proyek berlangsung, peserta diajarkan literasi digital dan keterampilan literasi bisnis melalui pelatihan berkelanjutan. Meningkatkan inklusi digital dalam komunitas ini akan membentuk dasar dari ekosistem digital yang lebih maju dan sangat terampil serta memperluas peluang kewirausahaan.Proyek dengan Common Room Network Foundation ini bernilai Rp4,2 miliar, dan dibangun melalui percontohan yang sukses di masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar, Jawa Barat. Menurut asosiasi internet APJII, pertumbuhan Penyedia Layanan Internet telah berkembang pesat selama pandemi, hingga sekitar 200 perusahaan yang aktif. Namun, disparitas akses informasi terlihat di daerah terpencil dan daerah terluar pada saat layanan publik lebih bergeser ke layanan online. Proyek kami telah bekerja sama dengan Common Room Network Foundation sejak tahun 2020, mengembangkan inisiatif "Indigenous Community Networks Platform and Tech Hub for Rural Innovation". Proyek saat ini berjalan hingga Juni 2022.Inisiatif School of Community Network (SCN)/ Sekolah Internet Komunitas (SIK) bertujuan untuk memberikan rangkaian pengembangan keterampilan digital di 9 daerah, termasuk wilayah Timur seperti Sulawesi Barat dan Papua. Pelatihan ini mencakup dukungan kepada badan usaha pemerintah desa yang berkelanjutan,mulai dari pengembangan infrastruktur internet untuk jaringan nirkabel dan jaringan lokal, sistem informasi desa, Internet of Things (IoT) untuk perikanan dan pertanian pintar, serta mengadvokasi pengembangan regulasi untuk mengatasi tantangan internet pedesaan.

Rapat koordinasi telah diadakan dengan pemerintah provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan untuk membahas bagaimana proyek-proyek ini dapat berlanjut, dan berkontribusi pada rencana transformasi digital yang lebih luas di daerah.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan bahwa di seluruh dunia, akses internet telah meningkat tetapi masih tetap menjadi salah satu tantangan pembangunan terbesar yang dihadapi.

“Pandemi COVID-19 telah menunjukkan kepada kita bahwa meningkatkan akses digital dengan cara yang inklusif dan aman berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi, tetapi kita juga telah melihat bahwa banyak pekerjaan yang masih perlu dilakukan untuk menutup kesenjangan digital”, ujarnya. Menurut Jenkins, strategi Pembangunan Internasional Inggris yang baru menekankan pembangunan digital secara menyeluruh, dan ini tercermin dalam proyek yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh pemerintah Inggris, melalui Program Akses Digital. “Kami ingin terus membantu mereka yang paling membutuhkan, terutama kelompok marjinal yang membutuhkan dukungan dalam pengembangan keterampilan digital dan akses internet”, tukasnya.

Jenkins menilai tujuan kunjungan Tim Program Akses Digital Kedutaan Besar Inggris ke Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan sangat penting karena Inggris ingin memperkenalkan proyeknya dengan para mitra. “Ini adalah kesempatan fantastis untuk mendukung inisiatif transformasi digital yang lebih luas di seluruh bagian timur Indonesia. Saya berharap dapat melanjutkan keterlibatan kami di bidang pembangunan yang penting ini seiring dengan langkah kami meningkatkan kolaborasi besar kami dengan Indonesia”, tutup Jenkins.

Sementara itu, Nicky Clara, pendiri Berdayabareng.com mengatakan:

"Untuk menutup kesenjangan digital, ada kebutuhan untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang terjangkau ke Internet pada tahun 2030. Hal ini mengharuskan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait mempromosikan akses universal ke infrastruktur TIK, mengatasi keterjangkauan, meningkatkan keterampilan dan literasi digital, dan meningkatkan relevansi dan kesadaran akan manfaat online.Inklusi digital kelompok marjinal termasuk, perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, juga membutuhkan langkah-langkah yang ditargetkan dan beragam. Oleh karena itu, melalui program ini saya mencoba merancang gerakan praktis dengan meningkatkan kesadaran akan kesenjangan digital, dan memerangi stereotip melalui citra perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok marjinal lainnya yang lebih berdaya di ranah digital."

Direktur British Council Indonesia Hugh Moffatt mengatakan:

"Proyek ini telah melatih 100 Community Level Trainer (CLT) yang dipilih dari kelompok yang marjinal secara digital dan pada gilirannya mereka akan mendapatkan pelatihan Basic and Intermediate Digital Skills yang didukung dan dipandu oleh Expert Digital Level Trainers. Sejak April hingga Mei 2022, proyek ini telah melatih keterampilan digital dasar kepada lebih dari 2200 penerima manfaat di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Ambon, Papua, dan Papua Barat. Sementara itu Intermediate Digital Skills Training akan dilakukan pada Juni 2022. Proyek ini telah mengembangkan 4 manual universal yang terdiri dari Coach Training Manual (pedagogi), Basic Digital Skills Manual, General Intermediate Digital Skills Manual, dan Digital Skills for Economic Opportunity. Manual ini akan disebarluaskan ke lembaga terkait seperti sekolah, lembaga kejuruan yang menargetkan kelompokkelompok yang termarjinalkan secara digital ini. Proyek ini sangat penting karena telah membuka akses pembelajaran digital bagi masyarakat kurang terlayani, mempersiapkan warga dengan keterampilan digital yang aman untuk mengurangi kesenjangan digital dan persiapan menyongsong Program Literasi Digital Nasional 'Indonesia Makin Cakap Digital'."

Direktur Common Room Networks Foundation, Gustaff H Iskandar, mengatakan:

"Pelatihan, pendampingan dan peningkatan kapasitas bagi warga merupakan prasyarat penting untuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan infrastruktur internet berbasis masyarakat di pedesaan dan daerah terpencil, Common Room melalui kegiatan School of Community Network (SCN) yang kini telah berkembang di 9 area di seluruh Indonesia memiliki fokus yang berbeda. Sulawesi Barat merupakan salah satu wilayah pengembangan SCN, diawali dengan penandatanganan MoU yang melibatkan 8 pemerintah desa di seluruh Kabupaten Polewali Mandar pada Maret 2022. Di Sulawesi Barat, SCN berfokus pada pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk mengembangkan dan memanfaatkan infrastruktur internet berbasis masyarakat secara mandiri dan untuk jangka panjang.

Di Timur Indonesia, SCN sedang di implementasikan di Papua, Ambon/ Maluku, NTB dan Bali." (Rajendra)