Soal Polemik Trimedya-Eko Kuntadhi, Pengamat: Ada Politisi yang Memang Masih Berpola Pikir Transaksional
By Admin
nusakini.com - Jakarta - Pengamat dari Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Publik (PKPK) Muh. Saiful menanggapi polemik yang terjadi antara politisi Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Trimedya Panjaitan dengan Ketua Umun (Ketum) Koordinator Nasional (Kornas) relawan Ganjarist, Eko Kuntadhi di acara Kompas TV dan ILC yang disiarkan via Youtube.
Dalam kedua sesi acara tersebut Trimedya mengkritisi banyaknya bermunculan relawan pendukung Ganjar Pranowo dan mempertanyakan dari mana duit untuk membiayai kegiatan relawan tersebut. Trimedya mengatakan orang tidak mungkin bekerja kalau tidak dibayar.
Muh. Saiful mengatakan apa yang dikatakan Trimedya menandakan bila dirinya masih terjebak dalam pola pikir dan mindset politisi 'transaksional'.
"Dalam pemahaman tersebut, suara rakyat diperlakukan sebagai komoditas yang bisa diperjual-belikan. Ini mindset politisi yang menganut paham demokrasi dan kedaulatan rakyat hanyalah etalase yang hanya dibutuhkan ketika ada perhelatan pemilu dengan membeli suara mereka. Setelah itu rakyat dilupakan", ujarnya saat dihubungi, Selasa (7/6/2022).
Padahal, lanjut Saiful, tren demokrasi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir ini telah mengalami transformasi yang cukup fenomenal.
"Dalam studi kami di PKPK, tren demokrasi di Indonesia dengan munculnya komunitas relawan yang tidak dimobilisir oleh elite Parpol diawali sejak jelang Pilpres 2014. Dan ini menjadi tonggak kemenangan Pak Jokowi", katanya.
Fenomena kemunculan relawan, tambahnya, adalah sebuah 'kritik' cerdas masyarakat untuk merebut kembali kedaulatan mereka.
"Fenomena ini berbanding lurus dengan makin merosotnya kepercayaan rakyat kepada Parpol. Jadi keberadaan komunitas relawan itu memang selalu berasal dari akar rumput. Diinisiasi dan digerakkan dari bawah dengan kesukarelaan serta bergerak dalam konsep gotong-royong", imbuhnya.
Dalam konteks ini, lanjut Saiful, munculnya banyak relawan untuk mendukung salah satu tokoh nasional dalam kontestasi Pilpres memberi signal bila tokoh tersebut mampu merebut hati banyak masyarakat.
"Misalnya, fenomena lahirnya demikian banyak relawan pendukung Ganjar Pranowo pasti berbanding lurus dengan hasil-hasil survei Pilpres yang ada. Ini mempertegas tak ada rekayasa dan mobilisasi di sana. Karena kemunculannya benar-benar karena terbitnya semacam ikatan emosional dengan masyarakat", ujarnya.
Saiful tak menafikkan ada komunitas yang mengatas namakan relawan yang dibentuk dan dimobilisir dari elite politik, "tapi saya yakin model seperti ini tak bertahan lama dan sangat diwarnai perpecahan. Karena dasarnya memang sudah keliru dan hanya diikat oleh kepentingan uang”, katanya.
"Jadi saya sependapat dengan Eko Kuntadhi dalam melihat fenomena perbedaan antara relawan dan tim sukses. Akar keberadaanya sangat berbeda. Dan politisi yang masih bingung dengan maraknya bermunculan relawan yang bergerak dan bekerja atas dasar gotong royong, pastilah politisi yang berpola pikir lama", pungkanya. (*)